skip to main |
skip to sidebar
Tangan yang selalu memainkan ujung kepalaku dengan tatapan ramah
dan senyuman yang diberikan hanya untukku. Semuanya membuatku berhenti untuk
bernafas, memang ini bukan kali pertama, tapi ini pertama kalinya kami bertemu
kembali setelah sekian lama kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi karena
jarak kami yang cukup jauh –Seoul >>Sun Frasisco–.
Bersabar pun
sepertinya sudah sepantasnya aku hadapi. Tapi memang ada yang kontras sangat terlihat berbeda. Dia membawa
seorang gadis manis dengan senyuman yang ramah, berambut kucir kuda dengan
sweater coklat kelonggaran membuat wajahnya yang di terpa matahari sore semakin
terlihat manis. Tidak heran memang jika dia membawa gadis itu. Tidak ada reaksi untuk sesaat. Tapi tangan ku tiba-tiba mengepal
dengan sangat kuat ketika mendengar suaranya memperkenalkan gadis itu sebagai
tunangannya.
Sepertinya bumi sejenak berhenti untuk bepurtar. Mimpi itu
ternyata terjawab dan bukan hanya bunga tidur semata. Aku mendengarnya dengan
telinga ku sendiri, dia mengatakannya dengan sangat tenang, tanpa merasakan
beban perasaan yang sekarang tengah ku pikul. Mencoba menguatkan agar dia tidak
menyadari kondisi ini, aku pun kembali menyapa gadis itu dengan seulas senyum
yang ku rasa cukup untuk mengawali pertemuan kami. Tidak banyak kata keluar
dari mulutku, hanya sekedar untuk bertatap tanpa memberikan komentar apa pun,
rasanya dibunuh pun pada saat ini, dengan senang hati ku terima.
- END -
#03 crumbly kali twigh
Tangan yang selalu memainkan ujung kepalaku dengan tatapan ramah
dan senyuman yang diberikan hanya untukku. Semuanya membuatku berhenti untuk
bernafas, memang ini bukan kali pertama, tapi ini pertama kalinya kami bertemu
kembali setelah sekian lama kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi karena
jarak kami yang cukup jauh –Seoul >>Sun Frasisco–.
Bersabar pun
sepertinya sudah sepantasnya aku hadapi. Tapi memang ada yang kontras sangat terlihat berbeda. Dia membawa
seorang gadis manis dengan senyuman yang ramah, berambut kucir kuda dengan
sweater coklat kelonggaran membuat wajahnya yang di terpa matahari sore semakin
terlihat manis. Tidak heran memang jika dia membawa gadis itu. Tidak ada reaksi untuk sesaat. Tapi tangan ku tiba-tiba mengepal
dengan sangat kuat ketika mendengar suaranya memperkenalkan gadis itu sebagai
tunangannya.
Sepertinya bumi sejenak berhenti untuk bepurtar. Mimpi itu
ternyata terjawab dan bukan hanya bunga tidur semata. Aku mendengarnya dengan
telinga ku sendiri, dia mengatakannya dengan sangat tenang, tanpa merasakan
beban perasaan yang sekarang tengah ku pikul. Mencoba menguatkan agar dia tidak
menyadari kondisi ini, aku pun kembali menyapa gadis itu dengan seulas senyum
yang ku rasa cukup untuk mengawali pertemuan kami. Tidak banyak kata keluar
dari mulutku, hanya sekedar untuk bertatap tanpa memberikan komentar apa pun,
rasanya dibunuh pun pada saat ini, dengan senang hati ku terima.
- END -
0 komentar:
Posting Komentar