Pages

Jumat, 06 Juli 2012

#03 crumbly kali twigh

Tangan yang selalu memainkan ujung kepalaku dengan tatapan ramah dan senyuman yang diberikan hanya untukku. Semuanya membuatku berhenti untuk bernafas, memang ini bukan kali pertama, tapi ini pertama kalinya kami bertemu kembali setelah sekian lama kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi karena jarak kami yang cukup jauh –Seoul >>Sun Frasisco­­­­­­–. 


Bersabar pun sepertinya sudah sepantasnya aku hadapi. Tapi memang ada yang kontras sangat terlihat berbeda. Dia membawa seorang gadis manis dengan senyuman yang ramah, berambut kucir kuda dengan sweater coklat kelonggaran membuat wajahnya yang di terpa matahari sore semakin terlihat manis. Tidak heran memang jika dia membawa gadis itu. Tidak ada reaksi untuk sesaat. Tapi tangan ku tiba-tiba mengepal dengan sangat kuat ketika mendengar suaranya memperkenalkan gadis itu sebagai tunangannya. 


Sepertinya bumi sejenak berhenti untuk bepurtar. Mimpi itu ternyata terjawab dan bukan hanya bunga tidur semata. Aku mendengarnya dengan telinga ku sendiri, dia mengatakannya dengan sangat tenang, tanpa merasakan beban perasaan yang sekarang tengah ku pikul. Mencoba menguatkan agar dia tidak menyadari kondisi ini, aku pun kembali menyapa gadis itu dengan seulas senyum yang ku rasa cukup untuk mengawali pertemuan kami. Tidak banyak kata keluar dari mulutku, hanya sekedar untuk bertatap tanpa memberikan komentar apa pun, rasanya dibunuh pun pada saat ini, dengan senang hati ku terima. 


- END -

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 06 Juli 2012

#03 crumbly kali twigh

Tangan yang selalu memainkan ujung kepalaku dengan tatapan ramah dan senyuman yang diberikan hanya untukku. Semuanya membuatku berhenti untuk bernafas, memang ini bukan kali pertama, tapi ini pertama kalinya kami bertemu kembali setelah sekian lama kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi karena jarak kami yang cukup jauh –Seoul >>Sun Frasisco­­­­­­–. 


Bersabar pun sepertinya sudah sepantasnya aku hadapi. Tapi memang ada yang kontras sangat terlihat berbeda. Dia membawa seorang gadis manis dengan senyuman yang ramah, berambut kucir kuda dengan sweater coklat kelonggaran membuat wajahnya yang di terpa matahari sore semakin terlihat manis. Tidak heran memang jika dia membawa gadis itu. Tidak ada reaksi untuk sesaat. Tapi tangan ku tiba-tiba mengepal dengan sangat kuat ketika mendengar suaranya memperkenalkan gadis itu sebagai tunangannya. 


Sepertinya bumi sejenak berhenti untuk bepurtar. Mimpi itu ternyata terjawab dan bukan hanya bunga tidur semata. Aku mendengarnya dengan telinga ku sendiri, dia mengatakannya dengan sangat tenang, tanpa merasakan beban perasaan yang sekarang tengah ku pikul. Mencoba menguatkan agar dia tidak menyadari kondisi ini, aku pun kembali menyapa gadis itu dengan seulas senyum yang ku rasa cukup untuk mengawali pertemuan kami. Tidak banyak kata keluar dari mulutku, hanya sekedar untuk bertatap tanpa memberikan komentar apa pun, rasanya dibunuh pun pada saat ini, dengan senang hati ku terima. 


- END -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar