@dhasadhasagina
Ketika dia
datang dengan sendirinya tanpa berkata “aku akan datang padamu” apa itu akan menjadi hal yang menakutkan. Entahlah,
tapi sejauh ini aku tidak merasa takut, justru yang aku heran, mengapa tubuhku merespon
hal berbeda dari biasanya. Detak
jantungku berkata aneh, tingkah lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali,
pipiku yang tidak bisa ikut bernego tiba-tiba memerah. Ini memalukan, tapi aku
menyukainya, respon apapun yang aku berikan, dia bisa menyadarinya ?. Ini
membuatku tidak nyaman sesaat , tapi aku tidak bisa memutar balikkan sistem
kerja sarafku. Cinta. Mengapa seperti ini ?
***
Panitia acara pentas seni sekolah. Ini memang acara
yang biasa aku tangani sejak 2 tahun ini, tapi kali ini berbeda, aku
bersamanya. Seorang yang aku pun tidak mengerti mengapa selalu menjadi
bayanganku selama ini. Padahal aku dan dia belum pernah sekalipun bertegur
sapa. Ini aneh, tubuhku merespon dengan cara berbeda, tapi aku coba mengambil
hal positif dari ini. Aku hanya mengbaikannya, dan tidak akan merasakan
perasaan itu ada.
10 Desember ….
“Agni” sapaku hati-hati. Dia berbalik menghadapku,
kacamata yang selalu setia menemaninya, kini terpasang dengan tidak benar. Tapi
aku menyukainya. Sedikit berantakan, mungkin karena dia terlalu sibuk dengan
acara ini.
“Yeah” jawabnya ketika bebalik. Aku mulai mengambil
focusku, aku harus bisa mengalahkan perasaan ini.
“Ada beberapa barang yang kami perlukan, dan aku harus
mendapatkan persetujuanmu untuk membelinya” kataku dengan nada awas. Dan
menyodorkan map berwarna biru itu padanya. Dia mulai menatapku.
Dia hanya membawa map itu, tanpa merespon ucapanku. Dia
mulai menelaah isi map itu, semoga dia mengijinkan aku membeli barang-barang
ini. “Lumyan, apa kau bisa menceritakan bagaimana konsepmu ?”
“Oh yeah, tentu saja” kataku mantap. Aku mengikutinya
ke arah belakang panggung ini.
“Silahkan duduk” katanya kemudian.
Aku menceritakan konsepku dengan antusias, dan aku
harus mulai biasa menghadapinya. Bagaimanapun juga ini masalah acara. Masalah
perasaan, pikirkan nanti saja. Ternyata dia merespon dengan cukup baik, obrolan
kami mulai menyambung dan sekarang di selingi dengan tawa dan senyuman, oh
sebentar ? ternyata senyumannya tidak buruk, aku menyukainya, mungkin sekarang
senyumannya akan menjadi senyuman favotiteku. Dia memang tidak seperti yang aku
bayangkan awalnya, dia memiliki sisi yang lain. Dan aku yakin dia tidak
menampakannya pada semua orang. Semoga aku dan dia bisa terteman baik.
“Konsepmu bagus, aku menyukainya. Buat penataan
panggung dengan baik. Mengerti ?” katanya dengan senyum.
“Oh yeah tentu saja, kami akan berusaha sebaik
mungkin” kataku dengan cengian puas.
11 Desember….
“Dhasa” seseorang memegang pundakku, dan sontak aku
berbalik kearahnya. “bagaimana dengan konsepmu ?” sambungnya.
“… Agni, aku pikir siapa ?, dalam tahap perancangan”
kataku setelah memutar posisi 180
dengan tumpukan buku di tanganku.
“Oow.. perlu aku bantu ?” katanya
“Tidak usah, aku biasa membawanya sendiri” kataku
membenarkan letak tanganku.
“Ahh tidak apa-apa” katanya dan mengambil alih buku
itu ke tangannya.
“Terima kasih” usapku tulus. Dan dia mulai mengelarkan
senyum favoriteku lagi.
Senyuman ini menyihir. Aku tidak bisa berpikir secara
normal, aku yakin sekarang pipiku mulai memerah. Ya ampun, ini memalukan. Aku
memukul kepalaku dengan tangan kiriku, berusaha mendapatkan focus secara penuh.
“Dhasa, apa yang kau lakukan ? Ayo.. ternyata buku ini
benar berat” katanya berbalik menghadapku, karena posisi kami agak jauh.
“Ahh ya” kataku menyusul
16 Desember….
Besok merupakan hari H, semua panitia sejak jauh-jauh
hari berkerja dengan semangat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Itu
berarti aku dan dia sudah hampir 1 minggu saling menyapa. Ini sangat
menyenangkan. Ini minggu yang sangat menyenagkan.
Aku akan melewati hari ini dengan sangat melelahkan.
Tugas teamku sudah mulai beres, sepertinya sebentar lagi aku akan pulang, ahhh…
tidak sabar rasanya memandang hari esok. Tapi sejak tadi aku tidak melihatnya, kemana dia ? biasanya dia akan
mengabariku.
“Temen-temen, Dhasa pulang duluan yah. Kalian jangan
terlalu cape, besok adalah hari H nya. Setelah ini kita akan berpesta” katanku
dan menutup pintu auditorium. “Wah.. ini
sudah malam, aku harus segera mendapatkan taxi” kataku dan mulai berlari kearah
gerbang sekolah. “Ya ampun. Mana taxi nya?” kataku mulai gelisah, sejak 15
menit berlalu taxi belum juga datang.
Tidiiiitt….
Suara klakson dari arah dalam sekolah mengagetkanku.
Aku berbalik kearah suara itu. Ternyata….
“Agni” kataku sumringah. Ternyata dia ada disini.
Kemana saja dia ?
“Ayo aku antar” katanya dengan senyuman itu. Tanpa
pikir panjang aku naik ke belakang motornya. Dia mulai menggas motornya, ini cukup
kencang.
“Sejak tadi kau kemana ? aku tidak melihatmu dari
pagi” kataku.
“Kau sedang merindukanku ?” …
17 Desember….
“Kerja yang bagus, apa kau senang ?” katanya.
“Yah tentu saja, ini sangat menyenangkan. Mengetahui
hasil kerjaku dan teamku memuaskan itu adalah kepuasan tersendiri untukku”
kataku dengan cengiran lebar.
“Karena kamu senang, ayo kita makan ice cream” katanya
dengan senyuman favoriteku dan menuntunku menuju café ice cream dekat sekolah
kami.
Dia memegang tanganku. Perasaan ini muncul kembali, àDetak jantungku berkata aneh, tingkah
lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali, pipiku yang tidak bisa ikut
bernego tiba-tiba memerahß. Aku tidak bisa menolaknya, aku membiarkannya memegang tanganku. Meski
ini sedikit risih dan kaku, aku takut dia merasakan pebedaanku, aku takut dia
merasakan kerja jantungku yang mulai berbeda melalui nadiku.
Aku memilih ice cream rainbow, rasanya sangat unik aku
tidak pernah bosan untuk menikmatinya, dengan paduan warna yang sangat menarik
dan rasa susu yang kontras menjadikan ice cream itu lembut di mulut, aku
menyukai sensasi ini.
“Mengapa memandangiku seperti itu ? apa ada yang aneh
?” kataku ketika mulai tersadar di memandangiku
“Ahh… tidak. Ekspresimu berbeda ketika kau memakan ice
cream, apa kamu sangat menyukainya?” Ucapnya dan memakan ice cream
strowberrynya.
“Benarkan ? berbeda ? aku tidak merasakannya” kataku
gugup.
Dia hanya memandangiku dangan tersanyum, tentu saja
senyum favoriteku.
“Aku sangat menyukai ice cream srowberry, aku tidak
ingat sejak kapan aku menyukainya tapi dari kecil aku ingat sering membeli ini
bersama Mama. Ada sensasi tersendiri ketika memakan ini, mungkin seperti ini
yang kamu rasakan sampai ekspresimu terlihat berbeda” katanya dengan asik
menjilat ice creamnya tanpa mengalihkan focus dari jalan.
“Aaa… sepertinya begitu” kataku setuju tapi heran dia
bisa merasakan sensasi itu.
“Dhasa… aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini
datang, tapi aku pikir berada di sisimu bukanlah hal yang buruk, bahkan mungkin
akan sangat menyenangkan jika kamu juga mau berada di sisiku dalam kurun waktu
yang lama. Mungkin ini bukanlah hal yang romantic, tapi aku baru menemukan
caraku seperti ini ketika melihatmu memakan ice cream, sebelumnya aku tidak
pernah. Jadi maukah kau tetap berada di sampingku ?”
18 Desember…
Rasanya aku tidak mau melewati hari ini, begitu sangat
membosankan. Menerima kenyataan bahwa usiaku bertambah semakin menambah keenggananku.
Mendapati kenyataan bahwa aku semakin menua, ini sangat mencemaskanku. 18 tahun
bukan umur yang muda lagi untukku, 2 tahun lagi aku akan berumur 20 tahun. Ya
ampun… tua sekali. Semoga teman-temanku tidak ingat hari ini aku ulang tahun, aku
tidak mau mendengar kalimat selamat ulang tahun, apalagi memberikan kue dengan
lilin angka 18 diatasnya, sepertinya aku akan mulai alergi, dari ulang tahun
sekarang sampai nanti. Melewati usia 17 tahun, bukanlah perkara yang mudah,
terlalu banyak kejadian yang membuatku perpikir akan pentingnya sebuah
kebersamaan.
Sepertinya memang aku tidak bisa menghindari
teman-temanku yang mulai mengucapkan kata-kata menyebalkan itu padaku, sejak
aku memasuki gerbang mereka tidak henti megucapkannya, sampai ada segerombol
yang menghampiriku dan mengucapkan kata-kata itu dengan lantang, otomatis
semuanya mendengar dan mengucapkan kalimat yang sama seperti itu. Aku hanya
menimpalinya dengan senyum seadanya, Ini terlalu menyebalkan untukku.
Bahkan aku tidak berharap bertemu dengan Agni hari
ini, hari ini terlalu menyebalkan jika aku bertemu dengannya dan dia pun
mengatakan kalimat yang sama seperti semuanya. Tapi aku pun tidak bisa
mrngingkari bahwa aku sangat ingin bertemu dengannya.
Pulang sekolah ini sebaiknya aku cepat kembali menuju
rumah aku tidak ingin lagi mendengar kalimat itu.
Beep beep…
From : Agni
Aku tunggu di taman dekat café Lavisg
sore ini. Jangan telat^^
***
Dan sampai kapan aku harus menuggu kedatangannya, ini
terlalu lama. Aku duduk di kursi taman, depan pohon yang tidak terlalu rindang,
daun terlihat mulai berguguran, padahal ini bukan musim gugur. Udara malam yang
sangat menusuk, aku lupa tidak memakai mantelku, lampu taman di sampingku
sedikit mengelap tidak sepeti sebelumya, seolah mengerti tentang perasaan ini.
Mengapa dia tidak kunjung datang, bahkan dia menyuruhku untuk tidak telat, tapi
apa yang dia lakukan. Oh sungguh... ini menyebalkan.
Mungkin hari ini terlalu lelah, aku sangat mengantuk.
Tapi bagaimana mungkin aku tidur di kursi taman seperti ini. Meskipun dia
menyebalkan karena membiarkanku menuggu selama ini, aku tidak berpikir untuk
kembali kerumah tanpanya. Aku akan menuggunya, mungkin dia sangat sibuk
sehingga dia akan datang telat, tapi aku yakin dia akan datang.
“Dhasa…” dia datang. Aku percaya pasti dia datang.
“Maaf karena aku membuatku menunggu” katanya dan mengusap ujung rambutku, dia
mamainkan jarinya dikepalaku.
“Ahh.. apa kamu akan selalu seperti ini setiap kamu
membuat janji” kataku cemberut dan menyedekapkan tangan tanda kesal.
“Hahah… tentu saja tidak, jangan marah. Aku berjanji
padamu, aku tidak akan membuatmu menunggu seperti tadi” katanya mengacak
poniku.
“Berjanji” kataku mengacungkan jari kelingking.
“Yah… tentu saja” katanya dan mengaitkan jari
kelingkignya di jariku.
Kami tersenyum bersama. Aku suka ketika dia memainkan
puncak kepalaku, apalagi sampai mengacak poniku, tubuhku merespon hal itu
dengan sangat menyenagkan. Senyumannya, senyum favotiteku, seperti senyum
malaikat. Meskipun aku belum pernah bertemu dengan malaikat, tapi munurutku
senyumannya adalah senyuman terindah yang mampu menyihir sistem kerja otakku,
apa senyumannya memiliki morfin yang selalu membuatku ketagihan untuk selalu
memandang senyumannya. Ahh… apa yang aku pikirkan. Kami berpandangan cukup
lama, bahkan aku tidak menyadari dia menatapku dengan dengan lembut dan
membuatku terhanyut. Dia mendekat kearahku, mungkin sekarang jarak kami hanya
tinggal beberapa senti, sampai-sampai aku bisa merasakan hangat nafasnya yang
menderu, sepertinya dia berlari menuju kesini, tubuhku mematung aku tidak bisa
manolak dan menghindar, aku menyukainya tapi ini terlalu.... Ini pertama kali
untukku, dia tidak memaksa, dia hanya menyentuhnya dengan lembut.
Basah. Ini percikan hujan, aku bangun dari tidurku.
Aku berlari menuju Café Lavisg sebrang taman ini, aku berteduh di sana. Aku
tidak terlalu menyukai hujan, hujan itu basah dan membuat semuanya menjadi
lembab, tapi aku menyukai wangi tanah yang baru basah di terpa hujan. Mungkin
ini aneh tapi….
Jadi sejak tadi aku tertidur, aku tertidur di kursi
taman, seperti itu ?. Tapi mengapa mimpi itu seperti begitu nyata ?. Aku masih
berteduh di depan Café Lavisg, hujan pun semakin menghujam, angin dingin
semakin bebas menerpa kulitku. Ini terlalu dingin, aku kedinginan. Sejak tadi
dia belum juga datang, aku melirik arlojiku, ini terlalu malam, sudah jam 8 dan
dia belum juga datang. Apa dia terlalu sibuk sampai tidak mengirimiku pesan.
Apa aku pulang saja, ahh... sepertinya tidak, sebentar lagi pasti dia akan datang.
Sepertinya aku lelah, aku memutuskan untuk masuk ke
dalam Café dan duduk di salah satu kursinya. Tapi mengapa rasanya pusing
sekali, aku tidak bisa mendapatkan fokusku semuanya memburam dan mengelap. Aku
terjatuh, aku mendengar semua orang mulai menghampiriku, aku ingin bangun tapi
ini terlalu lemas, aku tidak bisa melakukannya. Sampai akhirnya seorang
mengendongku, hanya untuk melihat siapa yang menolongku pun sangat sulit, mata
ini terlalu berat untuk membuka. Semuanya hening….
***
Aku terbangun. Aku kira aku akan ada di rumah sakit,
tapi ini rumahku. Baik sekali yang menolongku, aku bangkit dan sedikit menekan
keningku yang sepertinya aku agak pusing.
“Ahh… kamu sudah sadar” ucap seseorang dari arah pintu
kamar, sepertinya seorang lelaki dan aku mengenali suaranya.
“Agni…”katanku lirih memastikan karena pandanganku
masih buram.
“Syukurlah kamu masih mengenaliku, aku kira akan
amnesia” katanya dan menghampiriku.
“Ishhh.. apa yang kau katakan ?” kataku membenarkan
posisiku menjadi duduk. “Sudah jam setegah 11, aku tertidur 3 jam setengah”
kataku menyambung dan dia sudah berada di sampingku.
“Selamat ulang tahun Dhasa” katanya lembut dengan
tatapan seperti di mimpiku.
“Telat…” ucapku datar
“Aku tahu kau tidak ingin melewati hari ulang tahunmu
kali ini, karena kau beranggapan akan menua, semua itu salah Dhasa. Kau tetap
telihat cantik bahkan saat bangun tidur. Dan sepertinya aku tidak telat
mentucapkannya, tepat jam 11.40. ini tepat saat kau lahir kedunia. Ini kartu
ucapan dari Mamamu” katanya dan menyodorkan kartu itu dan tanpa menghentikan
aktifitas tangannya di puncak kepalaku.
Dia mengetahuinya, bahkan aku tidak bercerita tentang
aku tidak suka hari ulang tahun, hal yang aku takutkan karena ulang tahun, jam
ketika aku lahir. Mama ? apa ini Mama?.
“Apa kau tahu semua ini dari Mama ku ?” kataku awas.
“Yah tentu saja. Maaf aku telat menamuimu”
“Jadi kamu menemui Mamaku ?”
“Yah”
“Kau datang padaku ketika aku di Café ?”
“Tidak”
“Lalu kapan kau datang menemuiku?”
“Saat kau tertidur. Banyak sekali pertanyaanmu,
seperti polisi saja. Apa kau sudah tidak pusing ? ayo kita ke dapur”
Dia menarik tanganku menuju dapur. Aku tidak meolak,
aku membiarkannya menuntunku. Dia datang ke taman saat aku tertidur ? apa itu
artinya…
“Happy birthday to you happy birthday to you happy
birthday happy birthday happy birthday Dhasa” dia bernyanyi dengan riang dan
menyodorkan cupcake dengan cream pelangi dengan satu lilin yang menancap kokoh.
Aku tersenyum sekenanya.
“Jangan pernah takut untuk menua. Jangan pernah
berpikir ketika kau menua aku tidak akan ada di sampingmu. Kau terlalu berharga
jika aku tinggalkan hanya karena kau menua. Kita akan menua bersama Dhasa. Kamu
akan tetap terlihat cantik keika bangun tidur, kamu akan tetap terlihat cantik
ketika memakan ice cream rainbow. Dan kamu akan tetap melihat senyum morfinku. Karena kita akan menua bersama”
Tidak terasa air mataku meleleh, kata-katanya begitu
sangat menyentuh. Dan aku sangat menyayanginya. Dia memelukku, aku tidak
meresponnya karena ini terlalu tiba-tiba.
“Biarkan seperti ini, sebentar saja. Jangan menagis, aku
sudah memelukmu. Aku tidak ingin kamu meniggalkanku” katanya dan mengeratkan
pelukannya.
“Tentu saja. Kita akan selalu bersama. Aku tidak akan
pernah meninggalkanmu. Aku bersedia menua bersamamu” kataku dan mulai
melingkarkan tanganku di pinggangnya.
14 februari….
Acara keluarga Agni yang sudah sering dilakukan secara
turun temurun. Dia memaksaku untuk ikut ke acara keluarganya, meskipun pasti
akan sedikit canggung tapi aku akan menyanggupinya.
Berada di tengah keluarganya bukanlah hal yang mudah,
aku jatuh bangun untuk menyesuaikan keberadaanku disini. Beruntung sekali orang
tuanya dan beberapa keluarga sangat ramah menyambutku.
Aku sibuk memanggang daging bersama beberapa
keluarganya. Agni, entah dimana dia, aku memutarkan pandanganku dan
mendapatinya tengah berbincang bersama saudaranya. Mungkin dia sengaja seperti
ini agar aku bisa lebih berbaur dengan keluarganya. Kami semua disini memakai
baju santai, sementara aku memakai blous tangan pendek dengan celana pendek
selutut dan menggulung rambutku sampai tidak menjuntai, sementara dia memakai
kaos belang-belang biru putih abu hijau tak berlengan dan memakai celana pendek
sekenanya.
“Dhasa… ayo ikut aku” katanya tiba-tiba menarik
tanganku.
“Kita mau kemana ? panggananku belum selesai” kataku
agak sedikit menariknya kembali.
“Sebagian anggota keluarga sedang berkumpul di ruang
kelarga, ini acara rutin keluargaku, kami akan melakukan permainnan truth or
dare dengan memakai alat deteksi kejujuran. Dan ini akan sangat menyenangkan”
katannya dan kami telah berada di runag keluarga.
Sepertinya kami terlambat. Permainan telah dimulai dan
sekarang giliran pamannya.
“Kapan kamu merasa istrimu terlihat cantik ?” ucap
seorang perempuan di sampingnya, dan pamannya kini telah menggunakan alat
deteksi kejujuran.
“Ketika dia bangun tidur” ucap paman kemudian.
Binggggg….
Suara alat pendeteksi kejujuran itu berlampu merah
ketika berbohong, dan pamannya sontak melepaskan tangan nya dari alat itu.
“Hei… mengapa alat itu menyetrum dengan kuat sekali”
ucap paman dan diakhiri dengan gelak tawa seluruh anggota keluarga.
“Okeh… apa kalian siap untuk memulainya kembali ?”
ucap pemandu acara dan memutarkan botol kosong itu. Dimana botol itu akan
berhenti. dan ….. Yah Agni” sambungnya dan aku sontak melihat kearahnya yang
berada di sampingku.”Truth or dare ?”sambungnya lagi memastikan.
“Turth” jawabnya mantap dan memakai alat pendeteksi
kejujuran itu.
“Apa alat pendetasi kejujuran itu berbahaya ?” ucapku
padanya.
“tentu saja tidak. Tenang saja, aku akan baik-baik
saja”
“Baiklah Agni aku akan menanyakan tentang hubunganmu
dengan pacarmu” katanya dengan cengiran puas. “Ungkapkan kata-kata yang jujur
tulus dari dalam hatimu, mengenai pacarmu”
Aku melihatnya berpikir sesaat, semuanya hening tidak
berbicara, mungkin semua ingin megetahui apa yang akan dia katakan. Dan aku yakin
kini semua pasang mata tertuju padanya.
“Sebenarnya aku tidak terlalu pintar merangkai
kata-kata yang indah untuk sebuah hubungan, tapi aku akan mencobanya dengan
caraku, mungkin ini akan terdengar aneh. Aku tahu dia amat takut dengan kata
ulang tahun, tapi aku bersyukur karena salah satu alasannya itu aku. Aku merasa
bahagia ketika dia gugup bahkan saat kami pertama bertemu, wajahnya akan merona
ketika aku menatapnya dengan senyuman dan dia akan mengaruk pipinya yang jelas
tidak gatal, aku sangat menyukainya. Saat aku memegang tangannya nadinya
berdetak lebih kencang, dan aku tahu pasti jantungnya pun akan memompa lebih
kuat karena sentuhan yang dia rasakan, itu membuatku ingin terus mengodanya.
Saat dia memakan ice cream rainbow ekspresinya akan berbeda, aku tidak tahu
bagaimana perasaannya, tapi pasti dia merasakan sensasi yang sama sepertiku
ketika aku memakan ice cream stowberry, bahagia. Aku ingin ketika aku berada di
sampingnya perasaanya akan selalu bahagia sama seperti dia berada di sampingku,
dan aku harus mengalahkan ice rainbow yang selalu membuatnya bahagia. Jangan pernah
dengarkan apapun kata orang lain, kamu hanya harus pecaya padaku, tugasmu hanya
harus percaya padaku” tuturnya panjang dan kalimat akhir dia mamenang tanganku
sambil menatapku.
Tinggggg……
Suara alat pendeteksi itu dan berlampu hijau, tanda
dia jujur.
Riuh suara tepuk tangan mengakhiri permainan ini.
21 februari….
“Hai ternyata kamu disini” kataku riang dan
mendapatinya sedang membaca buku di perpustakaan
“Hai” sapanya balik dan membereskan buku dengan
tegesa.
“Apa kamu sibuk mengerjakan tugas ?” ucapku hati-hati
dan duduk di sampingnya.
“Ya begitulah” katanya datar dan berkutat dengan
laptopnya.
“Boleh aku menamani ?” kataku membawa buku di dekatnya
“Aaa… tunggu sebentar aku akan meminjam buku ini”
katanya dan membawa buku dari tanganku. Kemudian berlalu.
“Jangan lama” ucapku
Aku melihat ke arah laptop yang sejak tadi dia gunakan
untuk mengerjakan tugas.
“Ahh… rupanaya dia sedang mengerjakan laporan tentang
kanker, kenapa dia tidak bertanya padaku, padahalkan aku ahli di bidang ini”
kataku dengan cengiran lebar. “Ya amapun aku lupa hari ini ada latihan vocal,
pasti aku sudah telat” kataku berdiri. “Oh ya aku lupa. Untuk menamainya
mengerjakan tugas” kataku dan mencari alat tulis di tas yang tergeletak begitu
saja.
“Aku lupa hari ini aku ada latihan vocal. Kalau kamu tidak keberatan, tunggu
aku selesai latihan di halaman belakang sekolah. Aku ingin memakan ice cream
bersamamu”
…dhasAgni…
***
Aku bersemangat berjalan menuju taman belakanag
sekolah. Sepertinya hari ini akan menyenangkan. Menikmati ice cream rainbow
bersamamnya adalah sesuatu yang sangat aku tunggu. Sepetinya dia belum datang,
aku berjalan untuk duduk di kursi pinggir kolam ikan. Aduh… apa ini ? aku
menduduki apa ? dingin sekali.
Aku berdiri dan mendapati kotak dan note di atasnya.
“Maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memakan ice cream, itu cup ice
cream rainbow untukmu, semoga kau senang menerimannya dan bahagia memakannya.
Jaga dirimu baik-baik^^”
…dhasAgni…
Apa maksudnya jaga diri baik-baik, memangnya aku anak
kecil.- batinku
Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Sepertinya aku
harus segera pulang. Ahh… tidak percikan ini. Aku menengadah melihat langit,
mendung, sebentar lagi hujan akan turun deras. Aku berlari menuju halte sebelah
sekolah. Tapi….
Brukkk…
Seseorang menyenggol tanaganku dan aku menjatuhkan
kotak ice cream itu. Tutupnya terbuka, ice creamnya lumer, mungkin hanya
meninggalkan seperempatnya, aku kembali menutupnya dan berjalan menuju halte
itu. Kini halte sudah penuh, beruntung aku masih bisa berteduh tapi pasti akan
sedikit basah karena tubuhku tidak 100
terpayungi atap halte.
22 februari….
“Agni…” teriakku dan berlari menghampirinya. “kenapa
kamu tidak pernah memberi kabar ? aku menghawatirkanmu” ucaku ketika kami jalan
bersebelahan.
“Maaf… “ katanya singkat
“Apa yang kamu katakan ? maaf ? hanya itu…” kataku
berhenti dan menyedekapkan tangan.
“Sudah jangan marah, hari ini aku akan menemanimu
makan ice cream, kamu senang ?” ucapnya dengan senyuman
Tapi apa yang aku lihat, senyumannya tidak seperti
biasanya. Dia senyum dengan sama tapi garis wajahnya menyiratkan kesedihan. Lingkar
matanya hitam. Dan bibirnya tidak seperti dulu.
“Apa kamu baik ?” ucapku dan meletakan tanganku di keningnya
“Aku baik-baik saja” ucapnya riang dan menepis
tanganku.
“Ayo kita makan ice cream” ajaknya dan menarik
tanganku.
***
“Apa kau yakin tidak mau memakan ice cream ? ini enak
looohhhh” ucapku menjilati ice cream rainbowku dengan riang.
Dia hanya tersenyum menimpali kata-kataku. Aku
memandang senyumannya yang memiliki morfin. Dia kontras terlihat sangat
berbeda. Tapi aku bahagia karena dia sekarang berada di sampingku dan
menemaniku memakan ice cream. Mungkin sekarang dia sedang menikmati ekspresi wajahku
yang dia katakan terlihat berbeda ketika aku memakan ice cream ini. Kami hening,
tidak berkata apapun. Aku memilih untuk diam dan menikmati senyuman morfinnya.
Sesaat kami sebik dengan pikiran masing-masing. Aku menangadah ke langit,
melihat hari ini begitu cerah, dan sangat menyenangkan berada disampingnya
seperti ini. Aku menundukan lagi kepalaku dan melihat kearahnya. Agni….
“Hi…dungmu ber…da…rah” ucapku kagat dan sedikit
terbata.
“Aku harus ke toilet” ucanya tergesa dan aku berjalan
mengikurtinya.
23 februari….
Pagi ini aku malas untuk beranjak dari ranjang. Tidak
ada pekerjaan yang harus aku lakukan, sekolah lebur karena guru-guru mengikuti
rapat dewan.
“Apa aku tidur saja… hhoooaaamm Agni…Agni…” gumamku
dan merentangkn tanganku.
Dan aku teringat kejadian kemarin. Agni mata sayu,
bibir pucat, lingkar hitam di sekitar mata, dan keliar darah dari hidungnya.
Apa itu….
Aku bergegas menyalakan laptop nya mencari tanda-tanda
apa itu melalui sambungan internet. Aku membaca-menbaca dan… Agni… Kanker.
Ya ampun kenapa aku bodoh sekali sampai tidak
mengenali tanda-tanda ini. Apa ini ?
bagaimana mungkin dia kanker. Itu artinya dia…
Dengan terburu-buru aku memakai baju dan mantel.
Tergesa, aku tidak bisa berpikir secara jernih, berlari sekencang-kencangnya. Aku
harus segera menemuinya. Dia tidak bolah begitu saja meninggalkanku. Dia tidak
boleh beitu saja meninggalkan kenangan kita.
#Peterpan – Semua tentang kita#
Aku tiba di depan rumahnya. Rumahnya begitu sepi
seperti tidak berpenghuni. Aku terus menekan bel dan berteriak namanya tapi
tidak ada seorangpun yang menjawab dari dalam rumah. Aku bersandar di pagar
rumahnya dan merosot berjongkok tidak kuat menahan air mata yang sejak tadi
tertahan. “Agni… kamu jahat” gumanku di sela tangisaku. “apa aku tidak akan
melihat senyum morfinnya lagi ? apa dia tidak akan menemaniku makan ice cream
lagi ? apa di ulang tahun berikutnya dia tidak akan ada untukku ? Agni kenapa
kamu pergi. Mana janjimu kita akan menua bersama ? Agni… Agni…”
Aku berdiri. Aku berjalan gontai dan bersandar di
kotak pos rumahnya. Aku melihat surat bewarna kuning yang belum sempurna masuk
ke dalam, hendak untuk memasukkannya tapi…
…dhasAgni…
kata ini yang selalu kami tuliskan di setiap note yang
kami buat, itu berarti surat ini untukku.
Dhasa… saat kamu membaca surat ini, aku telah berada
jauh disana. Aku menjalani pengobatanku di luar negri, untuk hidup bersamamu
lagi dan menua bersamamu. Terima kasih atas waktu yang sangat berharga
bersamamu, itu adalah kenangan yang sangat indah yang pernah aku miliki. Jangan
menghawatirkanku. Jaga dirimu baik-baik.
Dhasa… maaf aku tidak menepati janjiku. Maaf hari-hari
terakhir aku selalu menghindarimu, aku tidak bisa mengatakan aku akan pergi,
aku telalu takut saat kamu sedih dan menagis aku tidak ada sampingmu untuk
memelukku.
Dhasa… jangan menugguku. Aku takut pengobatan ini
tidak behasil dan hanya membuatku luka berkepanjangan. Hiduplah dengan benar
dan temukan seseorang yang lebih baik dari pada aku.
Dhasa… maaf. Dulu saat kamu mengajakku makan ice cream
bersama setelah latihan vocal, sebenarnya aku ada di taman dan aku melihamu,
tapi aku tidak menghampirimu karena aku takut saat itu adalah saat terakhir aku
melihatmu memakan ice cream. Maaf… saat kamu terjatuh di sebelah halte aku
tidak bisa menolongmu, karena cepat atau lambat aku tidak akan ada di sampingmu
lagi. Maaf… ketika kamu kehujanan, aku tidak datang memayungimu karena aku tahu
nanti pasti akan ada seorang yang akan menggantikan posisiku di hidupmu. Aku tahu
ice creamnya jatuh dan lumer tapi kamu masih mau untuk membawanya meskipun itu
hanya tinggal seperempat lagi mungkin, terima kasih Dhasa.
Dhasa… saat di taman pada hari ulang tahunmu, aku
melihatmu tidur dengan nyenyak dan aku tidak berani untuk membangunkanmu.
Terima kasih… itu adalah ciuman pertamaku, maaf tanpa seizinmu. Maaf jika kamu
tidak suka.
Dhasa… saat ita pertama bertemu aku telah measa ada
yang berbeda padamu. Sampai sekarang aku tidak tahu itu apa. Tapi aku merasa
kamu adalah hidupku dan aku adalah hidupku.
Dhasa… terima kasih atas ekspresi dan respon yang
selalu kamu tampakan setiap bersamaku. Terlalu banyak ekspresi yang kamu berikan
sehingga aku harus selalu megingatnya, karena aku takut aku melupakannya.
Dhasa aku harap kamu tidak akan melupakanku, dan juga
jangan menungguku. Hiduplah lebih baik, mungkin secara tidak langsung aku akan
bahagia ketika aku mendengarmu hidup dengan baik. Tetaplah menyukai ice cream
rainbow dan sesekali kau harus mencoba ice cream strawberry itu juka tidak kalah
enak.
Terima kasih karena selama ini kamu mau ada di
hidupku. Aku selalu menyayangimu.
…dhasAgni…
#Peterpan – Semua tentang kita#
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
***
Five years later….
Aku berjalan melihat café ice cream yang berjajar
manjajakan ice cream dengan variasi warna dan rasa yang berbeda. Memang disini,
Caifornia, setiap musim panas datang pasti café-café akan menjajakan ice cream.
Tidak tahu mengapa tapi sepertinya aku tertatik pada café itu. Café Luminh
“exus me Sir. I want to order rainbow sundae” kataku
berbarengan dengan seorang di sampingku. “Agni…” ucapku hati-hati.
annyeong ~~
BalasHapusaku dataaang.
pertama-tama, aku ingin menyampaikan, kau sukses membuatku tersenyum *berasa jadi kado ulang taun aku* haha.
agni itu kok aku ngebayangin si sipit ya dhei. *ups. hehe.
kata-katanya menurutku agak berlebihan *apa deh nev* ya gitu lah ya dhei. romantisnya kurang pas. hehe
dan sebisa mungkin hindari kata-kata yang diulang. kayak "senyum favorit" bisa diganti pake apaaa gitu. misalnya "senyum yang menenangkan" dsb ..
typo nya lumayan dhei. coba di cek lagi deh ntar. :D
aku suka di bagian truth or dare itu. haha. inget kyuhyun. haha *abaikan*
kapan kapan main ke blog baru aku ya (daisychoi17.wordpress.com). ada proyek baru dari aku sama iren ahihiii
annyeong Oenni :D
BalasHapusmakasih udah mampir ke blog aku, padahal aku post nbukan untuk bibaca loh cuma iseng aja, eh ternyata ada yang baca. tengkyu tengkyu :D
jinjja ? aku membuatmu tersenyum ? padahal aku pengennya bukan senyumtapi nangis hahaha
Maa ? ko bisa gitu ? pasti kebayang dari kacamatanya yahh hahaha. padahal aku ga kepikiran dia lohh.
ohh gitu. kata-katanya berlebihan yaa... kurang pas yaa...
emang maksud aku ngulang Oenn biar yang b acanya hafal banget kata-kata itu, hahah *tapi kalo ga feel ya udah lahh*
kalo masalah typo. aku memang agak lemah dalam masalah itu. harus ada yanag ngingetin lagi hahah
hahah ohh yaa. tadinya aku bingung banget mau gimana ehh ngarang aja pas moment itu tehh eh ternyata moment itu yang disuka *gomawoyo* :D
okehhh okehh pasti :D proyek apa ?
sebelumnya makasih uda mau baca cerpen aku yang ga niat buat di post haha, nanti aku post lagi cerpen ke 2 nya. dan terimakasih sudah berkomentar. :D
annyeong Oenni :D
iyaa. mesem mesem gimanaaa gtu. bukan karna kacamtanya aja sih. karena kalian di proyek yg sama. toh dulu kalian pernah ngalamin itu kan. *smirk*
BalasHapusabis kalo dhea ngepost kedeteksi sama aku. wkwkwk
iya dhei. gpp sih. udah bagus kok kata-katanya mah. tapi ntar deskripsinya diperbanyak lagi. aku jg masih tahap belajar. coversationnya masih banyak aku jg kok. tuh ipeh mah deskripsi yg banyaknya.
:D
proyek ff. kolaborasi. aku-iren-kyuhyun-donghae. mendapat sambutan hangat dari kim choya juga. haha
oke deh ditungu cerpen selanjutnya :D
hah ! ko bisa kepikiran kesitu sihh. bener teh aku mah ga sama sekali mikir kesitu. hhahhahah. kan aku udah bilang kalo cerpen inni terinspirasi sama a*d*e. haha
BalasHapuswah gawat dong kalo kedeteksi wae mah haha
hahah itu teh sengaja ga banyak deskrifsi soalnya kan kalo cerpen terbatas cuma 5000 word, kan biasanya juga yang teteh baca ff aku yang pertama deskrifsinya uda bagus. hahahah
bentar bentar ... kim choya teh siapa ? aku lupa lagi :D
yaahhh donghaenya udah sama teh iran :( hahaha
hehe tau deh. ciyeee derby romero. wkwkwk
BalasHapusoooh sip sip
siti. :D
ayo baca. gpp dong. rame looh. ciyuus