Pages

Senin, 17 Desember 2012

16 desember 2012 22:08:51 – 23:14:42

A “de”

D “iya. Kenapa ?”

A “gak ko. Kemana aja ga sms aku?”

D “hahah. Ada aja ko. Kamu yang kemana ? aku kira males kalo aku sms”

A “yah ada aja kok. Ga lah. Lagi napain ?”

D “syukur deh J. Aku lagi nonton. Kamu lagi ngapain ?”

A “oh De emang besok tanggal jadian kita yah ?”

D “aku kira kamu udah lupa sama tanggal itu J.”

A “itu juga diingetin. Emang kamu ga lupa yah ?”

D “diingetin ? sama siapa ? galah. Soalnya bukan buat dilupain, trus aku kira juga kamu ga bakal lupa”

A “iya ada lah. Maaf yah kalo selama ini aku suka lupa sama itu, sayang. Hahah :D”

D “sayang ?! apa nih ? kecewa sih, tapi yaudahlah toh sekarang kamu inget. Hehe”

A “ga boleh emang manggil sayang ?”

D “emang manggil sayang kenapa ini ? Cuma nginget 4 tahun yang lalu, apa buat yang sekarang?”

A “buat sekarang juga gapapa tuh hahaha”

D “jadi apa maksudnya ini?”

A “gapapa ko”

D “A jagan gitu deh, dari dulu kamu selal gaka gini”

A “kaya gini gimana emangnya?”

D “plin plan, ga bias negasin semuanya jadi bener. Ga nyadar emang apa yang kamu lakuin bakal nyakitin hati ? J

A maaf deh kalo emang aku suka nyakitin kamu”

D “gapapa J. Emang kamu mau apa dari ini ?”

A “maksud kamu apa?”

D “tadi kamu bilang sayang, aku Tanya kenapa kamu bilang gapapa. Trus sekarang apa yang kamu pengen dari hubungan ini ? temankah ? semua harus jelas A, jangan ada yang disakitin lagi. J

A “kamu mau gimana ?”

D “aku pengan kita tetep temennan atau mungkin kita sahabat. Kamu bias cerita sama aku semuanya dan begitupun  sebaliknya. Kita bias saling support. Dari dulu aku pengen banget punya sahabat cowo. Itu juga kalo kamu ga keberatan. Gimana ?”

Minggu, 18 November 2012

You and your Smiling Morphine….


@dhasadhasagina
Ketika dia datang dengan sendirinya tanpa berkata “aku akan datang padamu” apa itu akan menjadi hal yang menakutkan. Entahlah, tapi sejauh ini aku tidak merasa takut, justru yang aku heran, mengapa tubuhku merespon hal berbeda dari  biasanya. Detak jantungku berkata aneh, tingkah lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali, pipiku yang tidak bisa ikut bernego tiba-tiba memerah. Ini memalukan, tapi aku menyukainya, respon apapun yang aku berikan, dia bisa menyadarinya ?. Ini membuatku tidak nyaman sesaat , tapi aku tidak bisa memutar balikkan sistem kerja sarafku. Cinta. Mengapa seperti ini ?
***
Panitia acara pentas seni sekolah. Ini memang acara yang biasa aku tangani sejak 2 tahun ini, tapi kali ini berbeda, aku bersamanya. Seorang yang aku pun tidak mengerti mengapa selalu menjadi bayanganku selama ini. Padahal aku dan dia belum pernah sekalipun bertegur sapa. Ini aneh, tubuhku merespon dengan cara berbeda, tapi aku coba mengambil hal positif dari ini. Aku hanya mengbaikannya, dan tidak akan merasakan perasaan itu ada.
10 Desember ….
“Agni” sapaku hati-hati. Dia berbalik menghadapku, kacamata yang selalu setia menemaninya, kini terpasang dengan tidak benar. Tapi aku menyukainya. Sedikit berantakan, mungkin karena dia terlalu sibuk dengan acara ini.
“Yeah” jawabnya ketika bebalik. Aku mulai mengambil focusku, aku harus bisa mengalahkan perasaan ini.
“Ada beberapa barang yang kami perlukan, dan aku harus mendapatkan persetujuanmu untuk membelinya” kataku dengan nada awas. Dan menyodorkan map berwarna biru itu padanya. Dia mulai menatapku.
Dia hanya membawa map itu, tanpa merespon ucapanku. Dia mulai menelaah isi map itu, semoga dia mengijinkan aku membeli barang-barang ini. “Lumyan, apa kau bisa menceritakan bagaimana konsepmu ?”
“Oh yeah, tentu saja” kataku mantap. Aku mengikutinya ke arah belakang panggung ini.
“Silahkan duduk” katanya kemudian.
Aku menceritakan konsepku dengan antusias, dan aku harus mulai biasa menghadapinya. Bagaimanapun juga ini masalah acara. Masalah perasaan, pikirkan nanti saja. Ternyata dia merespon dengan cukup baik, obrolan kami mulai menyambung dan sekarang di selingi dengan tawa dan senyuman, oh sebentar ? ternyata senyumannya tidak buruk, aku menyukainya, mungkin sekarang senyumannya akan menjadi senyuman favotiteku. Dia memang tidak seperti yang aku bayangkan awalnya, dia memiliki sisi yang lain. Dan aku yakin dia tidak menampakannya pada semua orang. Semoga aku dan dia bisa terteman baik.
“Konsepmu bagus, aku menyukainya. Buat penataan panggung dengan baik. Mengerti ?” katanya dengan senyum.
“Oh yeah tentu saja, kami akan berusaha sebaik mungkin” kataku dengan cengian puas.
11 Desember….
“Dhasa” seseorang memegang pundakku, dan sontak aku berbalik kearahnya. “bagaimana dengan konsepmu ?” sambungnya.
“… Agni, aku pikir siapa ?, dalam tahap perancangan” kataku setelah memutar posisi 180  dengan tumpukan buku di tanganku.
“Oow.. perlu aku bantu ?” katanya
“Tidak usah, aku biasa membawanya sendiri” kataku membenarkan letak tanganku.
“Ahh tidak apa-apa” katanya dan mengambil alih buku itu ke tangannya.
“Terima kasih” usapku tulus. Dan dia mulai mengelarkan senyum favoriteku lagi.
Senyuman ini menyihir. Aku tidak bisa berpikir secara normal, aku yakin sekarang pipiku mulai memerah. Ya ampun, ini memalukan. Aku memukul kepalaku dengan tangan kiriku, berusaha mendapatkan focus secara penuh.
“Dhasa, apa yang kau lakukan ? Ayo.. ternyata buku ini benar berat” katanya berbalik menghadapku, karena posisi kami agak jauh.
“Ahh ya” kataku menyusul

16 Desember….
Besok merupakan hari H, semua panitia sejak jauh-jauh hari berkerja dengan semangat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Itu berarti aku dan dia sudah hampir 1 minggu saling menyapa. Ini sangat menyenangkan. Ini minggu yang sangat menyenagkan.
Aku akan melewati hari ini dengan sangat melelahkan. Tugas teamku sudah mulai beres, sepertinya sebentar lagi aku akan pulang, ahhh… tidak sabar rasanya memandang hari esok. Tapi sejak tadi aku tidak  melihatnya, kemana dia ? biasanya dia akan mengabariku.
“Temen-temen, Dhasa pulang duluan yah. Kalian jangan terlalu cape, besok adalah hari H nya. Setelah ini kita akan berpesta” katanku dan menutup pintu auditorium.  “Wah.. ini sudah malam, aku harus segera mendapatkan taxi” kataku dan mulai berlari kearah gerbang sekolah. “Ya ampun. Mana taxi nya?” kataku mulai gelisah, sejak 15 menit berlalu taxi belum juga datang.
Tidiiiitt….
Suara klakson dari arah dalam sekolah mengagetkanku.
Aku berbalik kearah suara itu. Ternyata….
“Agni” kataku sumringah. Ternyata dia ada disini. Kemana saja dia ?
“Ayo aku antar” katanya dengan senyuman itu. Tanpa pikir panjang aku naik ke belakang motornya. Dia mulai menggas motornya, ini cukup kencang.
“Sejak tadi kau kemana ? aku tidak melihatmu dari pagi” kataku.
“Kau sedang merindukanku ?” …
17 Desember….
“Kerja yang bagus, apa kau senang ?” katanya.
“Yah tentu saja, ini sangat menyenangkan. Mengetahui hasil kerjaku dan teamku memuaskan itu adalah kepuasan tersendiri untukku” kataku dengan cengiran lebar.
“Karena kamu senang, ayo kita makan ice cream” katanya dengan senyuman favoriteku dan menuntunku menuju café ice cream dekat sekolah kami.
Dia memegang tanganku. Perasaan ini muncul kembali, àDetak jantungku berkata aneh, tingkah lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali, pipiku yang tidak bisa ikut bernego tiba-tiba memerahß. Aku tidak bisa menolaknya, aku membiarkannya memegang tanganku. Meski ini sedikit risih dan kaku, aku takut dia merasakan pebedaanku, aku takut dia merasakan kerja jantungku yang mulai berbeda melalui nadiku.
Aku memilih ice cream rainbow, rasanya sangat unik aku tidak pernah bosan untuk menikmatinya, dengan paduan warna yang sangat menarik dan rasa susu yang kontras menjadikan ice cream itu lembut di mulut, aku menyukai sensasi ini.
“Mengapa memandangiku seperti itu ? apa ada yang aneh ?” kataku ketika mulai tersadar di memandangiku
“Ahh… tidak. Ekspresimu berbeda ketika kau memakan ice cream, apa kamu sangat menyukainya?” Ucapnya dan memakan ice cream strowberrynya.
“Benarkan ? berbeda ? aku tidak merasakannya” kataku gugup.
Dia hanya memandangiku dangan tersanyum, tentu saja senyum favoriteku.
“Aku sangat menyukai ice cream srowberry, aku tidak ingat sejak kapan aku menyukainya tapi dari kecil aku ingat sering membeli ini bersama Mama. Ada sensasi tersendiri ketika memakan ini, mungkin seperti ini yang kamu rasakan sampai ekspresimu terlihat berbeda” katanya dengan asik menjilat ice creamnya tanpa mengalihkan focus dari jalan.
“Aaa… sepertinya begitu” kataku setuju tapi heran dia bisa merasakan sensasi itu.
“Dhasa… aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini datang, tapi aku pikir berada di sisimu bukanlah hal yang buruk, bahkan mungkin akan sangat menyenangkan jika kamu juga mau berada di sisiku dalam kurun waktu yang lama. Mungkin ini bukanlah hal yang romantic, tapi aku baru menemukan caraku seperti ini ketika melihatmu memakan ice cream, sebelumnya aku tidak pernah. Jadi maukah kau tetap berada di sampingku ?”
18 Desember…
Rasanya aku tidak mau melewati hari ini, begitu sangat membosankan. Menerima kenyataan bahwa usiaku bertambah semakin menambah keenggananku. Mendapati kenyataan bahwa aku semakin menua, ini sangat mencemaskanku. 18 tahun bukan umur yang muda lagi untukku, 2 tahun lagi aku akan berumur 20 tahun. Ya ampun… tua sekali. Semoga teman-temanku tidak ingat hari ini aku ulang tahun, aku tidak mau mendengar kalimat selamat ulang tahun, apalagi memberikan kue dengan lilin angka 18 diatasnya, sepertinya aku akan mulai alergi, dari ulang tahun sekarang sampai nanti. Melewati usia 17 tahun, bukanlah perkara yang mudah, terlalu banyak kejadian yang membuatku perpikir akan pentingnya sebuah kebersamaan.
Sepertinya memang aku tidak bisa menghindari teman-temanku yang mulai mengucapkan kata-kata menyebalkan itu padaku, sejak aku memasuki gerbang mereka tidak henti megucapkannya, sampai ada segerombol yang menghampiriku dan mengucapkan kata-kata itu dengan lantang, otomatis semuanya mendengar dan mengucapkan kalimat yang sama seperti itu. Aku hanya menimpalinya dengan senyum seadanya, Ini terlalu menyebalkan untukku.
Bahkan aku tidak berharap bertemu dengan Agni hari ini, hari ini terlalu menyebalkan jika aku bertemu dengannya dan dia pun mengatakan kalimat yang sama seperti semuanya. Tapi aku pun tidak bisa mrngingkari bahwa aku sangat ingin bertemu dengannya.
Pulang sekolah ini sebaiknya aku cepat kembali menuju rumah aku tidak ingin lagi mendengar kalimat itu.
Beep beep…
From : Agni
Aku tunggu di taman dekat café Lavisg sore ini. Jangan telat^^
***
Dan sampai kapan aku harus menuggu kedatangannya, ini terlalu lama. Aku duduk di kursi taman, depan pohon yang tidak terlalu rindang, daun terlihat mulai berguguran, padahal ini bukan musim gugur. Udara malam yang sangat menusuk, aku lupa tidak memakai mantelku, lampu taman di sampingku sedikit mengelap tidak sepeti sebelumya, seolah mengerti tentang perasaan ini. Mengapa dia tidak kunjung datang, bahkan dia menyuruhku untuk tidak telat, tapi apa yang dia lakukan. Oh sungguh... ini menyebalkan.
Mungkin hari ini terlalu lelah, aku sangat mengantuk. Tapi bagaimana mungkin aku tidur di kursi taman seperti ini. Meskipun dia menyebalkan karena membiarkanku menuggu selama ini, aku tidak berpikir untuk kembali kerumah tanpanya. Aku akan menuggunya, mungkin dia sangat sibuk sehingga dia akan datang telat, tapi aku yakin dia akan datang.
“Dhasa…” dia datang. Aku percaya pasti dia datang. “Maaf karena aku membuatku menunggu” katanya dan mengusap ujung rambutku, dia mamainkan jarinya dikepalaku.
“Ahh.. apa kamu akan selalu seperti ini setiap kamu membuat janji” kataku cemberut dan menyedekapkan tangan tanda kesal.
“Hahah… tentu saja tidak, jangan marah. Aku berjanji padamu, aku tidak akan membuatmu menunggu seperti tadi” katanya mengacak poniku.
“Berjanji” kataku mengacungkan jari kelingking.
“Yah… tentu saja” katanya dan mengaitkan jari kelingkignya di jariku.
Kami tersenyum bersama. Aku suka ketika dia memainkan puncak kepalaku, apalagi sampai mengacak poniku, tubuhku merespon hal itu dengan sangat menyenagkan. Senyumannya, senyum favotiteku, seperti senyum malaikat. Meskipun aku belum pernah bertemu dengan malaikat, tapi munurutku senyumannya adalah senyuman terindah yang mampu menyihir sistem kerja otakku, apa senyumannya memiliki morfin yang selalu membuatku ketagihan untuk selalu memandang senyumannya. Ahh… apa yang aku pikirkan. Kami berpandangan cukup lama, bahkan aku tidak menyadari dia menatapku dengan dengan lembut dan membuatku terhanyut. Dia mendekat kearahku, mungkin sekarang jarak kami hanya tinggal beberapa senti, sampai-sampai aku bisa merasakan hangat nafasnya yang menderu, sepertinya dia berlari menuju kesini, tubuhku mematung aku tidak bisa manolak dan menghindar, aku menyukainya tapi ini terlalu.... Ini pertama kali untukku, dia tidak memaksa, dia hanya menyentuhnya dengan lembut.
Basah. Ini percikan hujan, aku bangun dari tidurku. Aku berlari menuju Café Lavisg sebrang taman ini, aku berteduh di sana. Aku tidak terlalu menyukai hujan, hujan itu basah dan membuat semuanya menjadi lembab, tapi aku menyukai wangi tanah yang baru basah di terpa hujan. Mungkin ini aneh tapi….
Jadi sejak tadi aku tertidur, aku tertidur di kursi taman, seperti itu ?. Tapi mengapa mimpi itu seperti begitu nyata ?. Aku masih berteduh di depan Café Lavisg, hujan pun semakin menghujam, angin dingin semakin bebas menerpa kulitku. Ini terlalu dingin, aku kedinginan. Sejak tadi dia belum juga datang, aku melirik arlojiku, ini terlalu malam, sudah jam 8 dan dia belum juga datang. Apa dia terlalu sibuk sampai tidak mengirimiku pesan. Apa aku pulang saja, ahh... sepertinya tidak, sebentar lagi pasti dia akan datang.
Sepertinya aku lelah, aku memutuskan untuk masuk ke dalam Café dan duduk di salah satu kursinya. Tapi mengapa rasanya pusing sekali, aku tidak bisa mendapatkan fokusku semuanya memburam dan mengelap. Aku terjatuh, aku mendengar semua orang mulai menghampiriku, aku ingin bangun tapi ini terlalu lemas, aku tidak bisa melakukannya. Sampai akhirnya seorang mengendongku, hanya untuk melihat siapa yang menolongku pun sangat sulit, mata ini terlalu berat untuk membuka. Semuanya hening….
***
Aku terbangun. Aku kira aku akan ada di rumah sakit, tapi ini rumahku. Baik sekali yang menolongku, aku bangkit dan sedikit menekan keningku yang sepertinya aku agak pusing.
“Ahh… kamu sudah sadar” ucap seseorang dari arah pintu kamar, sepertinya seorang lelaki dan aku mengenali suaranya.
“Agni…”katanku lirih memastikan karena pandanganku masih buram.
“Syukurlah kamu masih mengenaliku, aku kira akan amnesia” katanya dan menghampiriku.
“Ishhh.. apa yang kau katakan ?” kataku membenarkan posisiku menjadi duduk. “Sudah jam setegah 11, aku tertidur 3 jam setengah” kataku menyambung dan dia sudah berada di sampingku.
“Selamat ulang tahun Dhasa” katanya lembut dengan tatapan seperti di mimpiku.
“Telat…” ucapku datar
“Aku tahu kau tidak ingin melewati hari ulang tahunmu kali ini, karena kau beranggapan akan menua, semua itu salah Dhasa. Kau tetap telihat cantik bahkan saat bangun tidur. Dan sepertinya aku tidak telat mentucapkannya, tepat jam 11.40. ini tepat saat kau lahir kedunia. Ini kartu ucapan dari Mamamu” katanya dan menyodorkan kartu itu dan tanpa menghentikan aktifitas tangannya di puncak kepalaku.
Dia mengetahuinya, bahkan aku tidak bercerita tentang aku tidak suka hari ulang tahun, hal yang aku takutkan karena ulang tahun, jam ketika aku lahir. Mama ? apa ini Mama?.
“Apa kau tahu semua ini dari Mama ku ?” kataku awas.
“Yah tentu saja. Maaf aku telat menamuimu”
“Jadi kamu menemui Mamaku ?”
“Yah”
“Kau datang padaku ketika aku di Café ?”
“Tidak”
“Lalu kapan kau datang menemuiku?”
“Saat kau tertidur. Banyak sekali pertanyaanmu, seperti polisi saja. Apa kau sudah tidak pusing ? ayo kita ke dapur”
Dia menarik tanganku menuju dapur. Aku tidak meolak, aku membiarkannya menuntunku. Dia datang ke taman saat aku tertidur ? apa itu artinya…
“Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday Dhasa” dia bernyanyi dengan riang dan menyodorkan cupcake dengan cream pelangi dengan satu lilin yang menancap kokoh.
Aku tersenyum sekenanya.
“Jangan pernah takut untuk menua. Jangan pernah berpikir ketika kau menua aku tidak akan ada di sampingmu. Kau terlalu berharga jika aku tinggalkan hanya karena kau menua. Kita akan menua bersama Dhasa. Kamu akan tetap terlihat cantik keika bangun tidur, kamu akan tetap terlihat cantik ketika memakan ice cream rainbow. Dan kamu akan tetap melihat senyum  morfinku. Karena kita akan menua bersama”
Tidak terasa air mataku meleleh, kata-katanya begitu sangat menyentuh. Dan aku sangat menyayanginya. Dia memelukku, aku tidak meresponnya karena ini terlalu tiba-tiba.
“Biarkan seperti ini, sebentar saja. Jangan menagis, aku sudah memelukmu. Aku tidak ingin kamu meniggalkanku” katanya dan mengeratkan pelukannya.
“Tentu saja. Kita akan selalu bersama. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku bersedia menua bersamamu” kataku dan mulai melingkarkan tanganku di pinggangnya.
14 februari….
Acara keluarga Agni yang sudah sering dilakukan secara turun temurun. Dia memaksaku untuk ikut ke acara keluarganya, meskipun pasti akan sedikit canggung tapi aku akan menyanggupinya.
Berada di tengah keluarganya bukanlah hal yang mudah, aku jatuh bangun untuk menyesuaikan keberadaanku disini. Beruntung sekali orang tuanya dan beberapa keluarga sangat ramah menyambutku.
Aku sibuk memanggang daging bersama beberapa keluarganya. Agni, entah dimana dia, aku memutarkan pandanganku dan mendapatinya tengah berbincang bersama saudaranya. Mungkin dia sengaja seperti ini agar aku bisa lebih berbaur dengan keluarganya. Kami semua disini memakai baju santai, sementara aku memakai blous tangan pendek dengan celana pendek selutut dan menggulung rambutku sampai tidak menjuntai, sementara dia memakai kaos belang-belang biru putih abu hijau tak berlengan dan memakai celana pendek sekenanya.
“Dhasa… ayo ikut aku” katanya tiba-tiba menarik tanganku.
“Kita mau kemana ? panggananku belum selesai” kataku agak sedikit menariknya kembali.
“Sebagian anggota keluarga sedang berkumpul di ruang kelarga, ini acara rutin keluargaku, kami akan melakukan permainnan truth or dare dengan memakai alat deteksi kejujuran. Dan ini akan sangat menyenangkan” katannya dan kami telah berada di runag keluarga.
Sepertinya kami terlambat. Permainan telah dimulai dan sekarang giliran pamannya.
“Kapan kamu merasa istrimu terlihat cantik ?” ucap seorang perempuan di sampingnya, dan pamannya kini telah menggunakan alat deteksi kejujuran.
“Ketika dia bangun tidur” ucap paman kemudian.
Binggggg….
Suara alat pendeteksi kejujuran itu berlampu merah ketika berbohong, dan pamannya sontak melepaskan tangan nya dari alat itu.
“Hei… mengapa alat itu menyetrum dengan kuat sekali” ucap paman dan diakhiri dengan gelak tawa seluruh anggota keluarga.
“Okeh… apa kalian siap untuk memulainya kembali ?” ucap pemandu acara dan memutarkan botol kosong itu. Dimana botol itu akan berhenti. dan ….. Yah Agni” sambungnya dan aku sontak melihat kearahnya yang berada di sampingku.”Truth or dare ?”sambungnya lagi memastikan.
“Turth” jawabnya mantap dan memakai alat pendeteksi kejujuran itu.
“Apa alat pendetasi kejujuran itu berbahaya ?” ucapku padanya.
“tentu saja tidak. Tenang saja, aku akan baik-baik saja”
“Baiklah Agni aku akan menanyakan tentang hubunganmu dengan pacarmu” katanya dengan cengiran puas. “Ungkapkan kata-kata yang jujur tulus dari dalam hatimu, mengenai pacarmu”
Aku melihatnya berpikir sesaat, semuanya hening tidak berbicara, mungkin semua ingin megetahui apa yang akan dia katakan. Dan aku yakin kini semua pasang mata tertuju padanya.
“Sebenarnya aku tidak terlalu pintar merangkai kata-kata yang indah untuk sebuah hubungan, tapi aku akan mencobanya dengan caraku, mungkin ini akan terdengar aneh. Aku tahu dia amat takut dengan kata ulang tahun, tapi aku bersyukur karena salah satu alasannya itu aku. Aku merasa bahagia ketika dia gugup bahkan saat kami pertama bertemu, wajahnya akan merona ketika aku menatapnya dengan senyuman dan dia akan mengaruk pipinya yang jelas tidak gatal, aku sangat menyukainya. Saat aku memegang tangannya nadinya berdetak lebih kencang, dan aku tahu pasti jantungnya pun akan memompa lebih kuat karena sentuhan yang dia rasakan, itu membuatku ingin terus mengodanya. Saat dia memakan ice cream rainbow ekspresinya akan berbeda, aku tidak tahu bagaimana perasaannya, tapi pasti dia merasakan sensasi yang sama sepertiku ketika aku memakan ice cream stowberry, bahagia. Aku ingin ketika aku berada di sampingnya perasaanya akan selalu bahagia sama seperti dia berada di sampingku, dan aku harus mengalahkan ice rainbow yang selalu membuatnya bahagia. Jangan pernah dengarkan apapun kata orang lain, kamu hanya harus pecaya padaku, tugasmu hanya harus percaya padaku” tuturnya panjang dan kalimat akhir dia mamenang tanganku sambil menatapku.
Tinggggg……
Suara alat pendeteksi itu dan berlampu hijau, tanda dia jujur.
Riuh suara tepuk tangan mengakhiri permainan ini.
21 februari….
“Hai ternyata kamu disini” kataku riang dan mendapatinya sedang membaca buku di perpustakaan
“Hai” sapanya balik dan membereskan buku dengan tegesa.
“Apa kamu sibuk mengerjakan tugas ?” ucapku hati-hati dan duduk di sampingnya.
“Ya begitulah” katanya datar dan berkutat dengan laptopnya.
“Boleh aku menamani ?” kataku membawa buku di dekatnya
“Aaa… tunggu sebentar aku akan meminjam buku ini” katanya dan membawa buku dari tanganku. Kemudian berlalu.
“Jangan lama” ucapku
Aku melihat ke arah laptop yang sejak tadi dia gunakan untuk mengerjakan tugas.
“Ahh… rupanaya dia sedang mengerjakan laporan tentang kanker, kenapa dia tidak bertanya padaku, padahalkan aku ahli di bidang ini” kataku dengan cengiran lebar. “Ya amapun aku lupa hari ini ada latihan vocal, pasti aku sudah telat” kataku berdiri. “Oh ya aku lupa. Untuk menamainya mengerjakan tugas” kataku dan mencari alat tulis di tas yang tergeletak begitu saja.
“Aku lupa hari ini aku ada latihan vocal. Kalau kamu tidak keberatan, tunggu aku selesai latihan di halaman belakang sekolah. Aku ingin memakan ice cream bersamamu”
…dhasAgni…
***
Aku bersemangat berjalan menuju taman belakanag sekolah. Sepertinya hari ini akan menyenangkan. Menikmati ice cream rainbow bersamamnya adalah sesuatu yang sangat aku tunggu. Sepetinya dia belum datang, aku berjalan untuk duduk di kursi pinggir kolam ikan. Aduh… apa ini ? aku menduduki apa ? dingin sekali.
Aku berdiri dan mendapati kotak dan note di atasnya.


“Maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memakan ice cream, itu cup ice cream rainbow untukmu, semoga kau senang menerimannya dan bahagia memakannya. Jaga dirimu baik-baik^^”
…dhasAgni…
Apa maksudnya jaga diri baik-baik, memangnya aku anak kecil.- batinku
Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Sepertinya aku harus segera pulang. Ahh… tidak percikan ini. Aku menengadah melihat langit, mendung, sebentar lagi hujan akan turun deras. Aku berlari menuju halte sebelah sekolah. Tapi….
Brukkk…
Seseorang menyenggol tanaganku dan aku menjatuhkan kotak ice cream itu. Tutupnya terbuka, ice creamnya lumer, mungkin hanya meninggalkan seperempatnya, aku kembali menutupnya dan berjalan menuju halte itu. Kini halte sudah penuh, beruntung aku masih bisa berteduh tapi pasti akan sedikit basah karena tubuhku tidak 100  terpayungi atap halte.
22 februari….
“Agni…” teriakku dan berlari menghampirinya. “kenapa kamu tidak pernah memberi kabar ? aku menghawatirkanmu” ucaku ketika kami jalan bersebelahan.
“Maaf… “ katanya singkat
“Apa yang kamu katakan ? maaf ? hanya itu…” kataku berhenti dan menyedekapkan tangan.
“Sudah jangan marah, hari ini aku akan menemanimu makan ice cream, kamu senang ?” ucapnya dengan senyuman
Tapi apa yang aku lihat, senyumannya tidak seperti biasanya. Dia senyum dengan sama tapi garis wajahnya menyiratkan kesedihan. Lingkar matanya hitam. Dan bibirnya tidak seperti dulu.
“Apa kamu baik ?” ucapku dan meletakan tanganku di keningnya
“Aku baik-baik saja” ucapnya riang dan menepis tanganku.
“Ayo kita makan ice cream” ajaknya dan menarik tanganku.
***
“Apa kau yakin tidak mau memakan ice cream ? ini enak looohhhh” ucapku menjilati ice cream rainbowku dengan riang.
Dia hanya tersenyum menimpali kata-kataku. Aku memandang senyumannya yang memiliki morfin. Dia kontras terlihat sangat berbeda. Tapi aku bahagia karena dia sekarang berada di sampingku dan menemaniku memakan ice cream. Mungkin sekarang dia sedang menikmati ekspresi wajahku yang dia katakan terlihat berbeda ketika aku memakan ice cream ini. Kami hening, tidak berkata apapun. Aku memilih untuk diam dan menikmati senyuman morfinnya. Sesaat kami sebik dengan pikiran masing-masing. Aku menangadah ke langit, melihat hari ini begitu cerah, dan sangat menyenangkan berada disampingnya seperti ini. Aku menundukan lagi kepalaku dan melihat kearahnya. Agni….
“Hi…dungmu ber…da…rah” ucapku kagat dan sedikit terbata.
“Aku harus ke toilet” ucanya tergesa dan aku berjalan mengikurtinya.
23 februari….
Pagi ini aku malas untuk beranjak dari ranjang. Tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan, sekolah lebur karena guru-guru mengikuti rapat dewan.
“Apa aku tidur saja… hhoooaaamm Agni…Agni…” gumamku dan merentangkn tanganku.
Dan aku teringat kejadian kemarin. Agni mata sayu, bibir pucat, lingkar hitam di sekitar mata, dan keliar darah dari hidungnya. Apa itu….
Aku bergegas menyalakan laptop nya mencari tanda-tanda apa itu melalui sambungan internet. Aku membaca-menbaca dan… Agni… Kanker.
Ya ampun kenapa aku bodoh sekali sampai tidak mengenali tanda-tanda ini. Apa  ini ? bagaimana mungkin dia kanker. Itu artinya dia…
Dengan terburu-buru aku memakai baju dan mantel. Tergesa, aku tidak bisa berpikir secara jernih, berlari sekencang-kencangnya. Aku harus segera menemuinya. Dia tidak bolah begitu saja meninggalkanku. Dia tidak boleh beitu saja meninggalkan kenangan kita.

#Peterpan – Semua tentang kita#
Aku tiba di depan rumahnya. Rumahnya begitu sepi seperti tidak berpenghuni. Aku terus menekan bel dan berteriak namanya tapi tidak ada seorangpun yang menjawab dari dalam rumah. Aku bersandar di pagar rumahnya dan merosot berjongkok tidak kuat menahan air mata yang sejak tadi tertahan. “Agni… kamu jahat” gumanku di sela tangisaku. “apa aku tidak akan melihat senyum morfinnya lagi ? apa dia tidak akan menemaniku makan ice cream lagi ? apa di ulang tahun berikutnya dia tidak akan ada untukku ? Agni kenapa kamu pergi. Mana janjimu kita akan menua bersama ? Agni… Agni…”
Aku berdiri. Aku berjalan gontai dan bersandar di kotak pos rumahnya. Aku melihat surat bewarna kuning yang belum sempurna masuk ke dalam, hendak untuk memasukkannya tapi…
…dhasAgni…
kata ini yang selalu kami tuliskan di setiap note yang kami buat, itu berarti surat ini untukku.
Dhasa… saat kamu membaca surat ini, aku telah berada jauh disana. Aku menjalani pengobatanku di luar negri, untuk hidup bersamamu lagi dan menua bersamamu. Terima kasih atas waktu yang sangat berharga bersamamu, itu adalah kenangan yang sangat indah yang pernah aku miliki. Jangan menghawatirkanku. Jaga dirimu baik-baik.
Dhasa… maaf aku tidak menepati janjiku. Maaf hari-hari terakhir aku selalu menghindarimu, aku tidak bisa mengatakan aku akan pergi, aku telalu takut saat kamu sedih dan menagis aku tidak ada sampingmu untuk memelukku.
Dhasa… jangan menugguku. Aku takut pengobatan ini tidak behasil dan hanya membuatku luka berkepanjangan. Hiduplah dengan benar dan temukan seseorang yang lebih baik dari pada aku.
Dhasa… maaf. Dulu saat kamu mengajakku makan ice cream bersama setelah latihan vocal, sebenarnya aku ada di taman dan aku melihamu, tapi aku tidak menghampirimu karena aku takut saat itu adalah saat terakhir aku melihatmu memakan ice cream. Maaf… saat kamu terjatuh di sebelah halte aku tidak bisa menolongmu, karena cepat atau lambat aku tidak akan ada di sampingmu lagi. Maaf… ketika kamu kehujanan, aku tidak datang memayungimu karena aku tahu nanti pasti akan ada seorang yang akan menggantikan posisiku di hidupmu. Aku tahu ice creamnya jatuh dan lumer tapi kamu masih mau untuk membawanya meskipun itu hanya tinggal seperempat lagi mungkin, terima kasih Dhasa.
Dhasa… saat di taman pada hari ulang tahunmu, aku melihatmu tidur dengan nyenyak dan aku tidak berani untuk membangunkanmu. Terima kasih… itu adalah ciuman pertamaku, maaf tanpa seizinmu. Maaf jika kamu tidak suka.
Dhasa… saat ita pertama bertemu aku telah measa ada yang berbeda padamu. Sampai sekarang aku tidak tahu itu apa. Tapi aku merasa kamu adalah hidupku dan aku adalah hidupku.
Dhasa… terima kasih atas ekspresi dan respon yang selalu kamu tampakan setiap bersamaku. Terlalu banyak ekspresi yang kamu berikan sehingga aku harus selalu megingatnya, karena aku takut aku melupakannya.
Dhasa aku harap kamu tidak akan melupakanku, dan juga jangan menungguku. Hiduplah lebih baik, mungkin secara tidak langsung aku akan bahagia ketika aku mendengarmu hidup dengan baik. Tetaplah menyukai ice cream rainbow dan sesekali kau harus mencoba ice cream strawberry itu juka tidak kalah enak.
Terima kasih karena selama ini kamu mau ada di hidupku. Aku selalu menyayangimu.
…dhasAgni…

#Peterpan – Semua tentang kita#
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
***
Five years later….
Aku berjalan melihat café ice cream yang berjajar manjajakan ice cream dengan variasi warna dan rasa yang berbeda. Memang disini, Caifornia, setiap musim panas datang pasti café-café akan menjajakan ice cream. Tidak tahu mengapa tapi sepertinya aku tertatik pada café itu. Café Luminh
“exus me Sir. I want to order rainbow sundae” kataku berbarengan dengan seorang di sampingku. “Agni…” ucapku hati-hati.

Senin, 17 Desember 2012

16 desember 2012 22:08:51 – 23:14:42

A “de”

D “iya. Kenapa ?”

A “gak ko. Kemana aja ga sms aku?”

D “hahah. Ada aja ko. Kamu yang kemana ? aku kira males kalo aku sms”

A “yah ada aja kok. Ga lah. Lagi napain ?”

D “syukur deh J. Aku lagi nonton. Kamu lagi ngapain ?”

A “oh De emang besok tanggal jadian kita yah ?”

D “aku kira kamu udah lupa sama tanggal itu J.”

A “itu juga diingetin. Emang kamu ga lupa yah ?”

D “diingetin ? sama siapa ? galah. Soalnya bukan buat dilupain, trus aku kira juga kamu ga bakal lupa”

A “iya ada lah. Maaf yah kalo selama ini aku suka lupa sama itu, sayang. Hahah :D”

D “sayang ?! apa nih ? kecewa sih, tapi yaudahlah toh sekarang kamu inget. Hehe”

A “ga boleh emang manggil sayang ?”

D “emang manggil sayang kenapa ini ? Cuma nginget 4 tahun yang lalu, apa buat yang sekarang?”

A “buat sekarang juga gapapa tuh hahaha”

D “jadi apa maksudnya ini?”

A “gapapa ko”

D “A jagan gitu deh, dari dulu kamu selal gaka gini”

A “kaya gini gimana emangnya?”

D “plin plan, ga bias negasin semuanya jadi bener. Ga nyadar emang apa yang kamu lakuin bakal nyakitin hati ? J

A maaf deh kalo emang aku suka nyakitin kamu”

D “gapapa J. Emang kamu mau apa dari ini ?”

A “maksud kamu apa?”

D “tadi kamu bilang sayang, aku Tanya kenapa kamu bilang gapapa. Trus sekarang apa yang kamu pengen dari hubungan ini ? temankah ? semua harus jelas A, jangan ada yang disakitin lagi. J

A “kamu mau gimana ?”

D “aku pengan kita tetep temennan atau mungkin kita sahabat. Kamu bias cerita sama aku semuanya dan begitupun  sebaliknya. Kita bias saling support. Dari dulu aku pengen banget punya sahabat cowo. Itu juga kalo kamu ga keberatan. Gimana ?”

Minggu, 18 November 2012

You and your Smiling Morphine….


@dhasadhasagina
Ketika dia datang dengan sendirinya tanpa berkata “aku akan datang padamu” apa itu akan menjadi hal yang menakutkan. Entahlah, tapi sejauh ini aku tidak merasa takut, justru yang aku heran, mengapa tubuhku merespon hal berbeda dari  biasanya. Detak jantungku berkata aneh, tingkah lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali, pipiku yang tidak bisa ikut bernego tiba-tiba memerah. Ini memalukan, tapi aku menyukainya, respon apapun yang aku berikan, dia bisa menyadarinya ?. Ini membuatku tidak nyaman sesaat , tapi aku tidak bisa memutar balikkan sistem kerja sarafku. Cinta. Mengapa seperti ini ?
***
Panitia acara pentas seni sekolah. Ini memang acara yang biasa aku tangani sejak 2 tahun ini, tapi kali ini berbeda, aku bersamanya. Seorang yang aku pun tidak mengerti mengapa selalu menjadi bayanganku selama ini. Padahal aku dan dia belum pernah sekalipun bertegur sapa. Ini aneh, tubuhku merespon dengan cara berbeda, tapi aku coba mengambil hal positif dari ini. Aku hanya mengbaikannya, dan tidak akan merasakan perasaan itu ada.
10 Desember ….
“Agni” sapaku hati-hati. Dia berbalik menghadapku, kacamata yang selalu setia menemaninya, kini terpasang dengan tidak benar. Tapi aku menyukainya. Sedikit berantakan, mungkin karena dia terlalu sibuk dengan acara ini.
“Yeah” jawabnya ketika bebalik. Aku mulai mengambil focusku, aku harus bisa mengalahkan perasaan ini.
“Ada beberapa barang yang kami perlukan, dan aku harus mendapatkan persetujuanmu untuk membelinya” kataku dengan nada awas. Dan menyodorkan map berwarna biru itu padanya. Dia mulai menatapku.
Dia hanya membawa map itu, tanpa merespon ucapanku. Dia mulai menelaah isi map itu, semoga dia mengijinkan aku membeli barang-barang ini. “Lumyan, apa kau bisa menceritakan bagaimana konsepmu ?”
“Oh yeah, tentu saja” kataku mantap. Aku mengikutinya ke arah belakang panggung ini.
“Silahkan duduk” katanya kemudian.
Aku menceritakan konsepku dengan antusias, dan aku harus mulai biasa menghadapinya. Bagaimanapun juga ini masalah acara. Masalah perasaan, pikirkan nanti saja. Ternyata dia merespon dengan cukup baik, obrolan kami mulai menyambung dan sekarang di selingi dengan tawa dan senyuman, oh sebentar ? ternyata senyumannya tidak buruk, aku menyukainya, mungkin sekarang senyumannya akan menjadi senyuman favotiteku. Dia memang tidak seperti yang aku bayangkan awalnya, dia memiliki sisi yang lain. Dan aku yakin dia tidak menampakannya pada semua orang. Semoga aku dan dia bisa terteman baik.
“Konsepmu bagus, aku menyukainya. Buat penataan panggung dengan baik. Mengerti ?” katanya dengan senyum.
“Oh yeah tentu saja, kami akan berusaha sebaik mungkin” kataku dengan cengian puas.
11 Desember….
“Dhasa” seseorang memegang pundakku, dan sontak aku berbalik kearahnya. “bagaimana dengan konsepmu ?” sambungnya.
“… Agni, aku pikir siapa ?, dalam tahap perancangan” kataku setelah memutar posisi 180  dengan tumpukan buku di tanganku.
“Oow.. perlu aku bantu ?” katanya
“Tidak usah, aku biasa membawanya sendiri” kataku membenarkan letak tanganku.
“Ahh tidak apa-apa” katanya dan mengambil alih buku itu ke tangannya.
“Terima kasih” usapku tulus. Dan dia mulai mengelarkan senyum favoriteku lagi.
Senyuman ini menyihir. Aku tidak bisa berpikir secara normal, aku yakin sekarang pipiku mulai memerah. Ya ampun, ini memalukan. Aku memukul kepalaku dengan tangan kiriku, berusaha mendapatkan focus secara penuh.
“Dhasa, apa yang kau lakukan ? Ayo.. ternyata buku ini benar berat” katanya berbalik menghadapku, karena posisi kami agak jauh.
“Ahh ya” kataku menyusul

16 Desember….
Besok merupakan hari H, semua panitia sejak jauh-jauh hari berkerja dengan semangat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Itu berarti aku dan dia sudah hampir 1 minggu saling menyapa. Ini sangat menyenangkan. Ini minggu yang sangat menyenagkan.
Aku akan melewati hari ini dengan sangat melelahkan. Tugas teamku sudah mulai beres, sepertinya sebentar lagi aku akan pulang, ahhh… tidak sabar rasanya memandang hari esok. Tapi sejak tadi aku tidak  melihatnya, kemana dia ? biasanya dia akan mengabariku.
“Temen-temen, Dhasa pulang duluan yah. Kalian jangan terlalu cape, besok adalah hari H nya. Setelah ini kita akan berpesta” katanku dan menutup pintu auditorium.  “Wah.. ini sudah malam, aku harus segera mendapatkan taxi” kataku dan mulai berlari kearah gerbang sekolah. “Ya ampun. Mana taxi nya?” kataku mulai gelisah, sejak 15 menit berlalu taxi belum juga datang.
Tidiiiitt….
Suara klakson dari arah dalam sekolah mengagetkanku.
Aku berbalik kearah suara itu. Ternyata….
“Agni” kataku sumringah. Ternyata dia ada disini. Kemana saja dia ?
“Ayo aku antar” katanya dengan senyuman itu. Tanpa pikir panjang aku naik ke belakang motornya. Dia mulai menggas motornya, ini cukup kencang.
“Sejak tadi kau kemana ? aku tidak melihatmu dari pagi” kataku.
“Kau sedang merindukanku ?” …
17 Desember….
“Kerja yang bagus, apa kau senang ?” katanya.
“Yah tentu saja, ini sangat menyenangkan. Mengetahui hasil kerjaku dan teamku memuaskan itu adalah kepuasan tersendiri untukku” kataku dengan cengiran lebar.
“Karena kamu senang, ayo kita makan ice cream” katanya dengan senyuman favoriteku dan menuntunku menuju café ice cream dekat sekolah kami.
Dia memegang tanganku. Perasaan ini muncul kembali, àDetak jantungku berkata aneh, tingkah lakuku tidak bisa aku kendalikan sama sekali, pipiku yang tidak bisa ikut bernego tiba-tiba memerahß. Aku tidak bisa menolaknya, aku membiarkannya memegang tanganku. Meski ini sedikit risih dan kaku, aku takut dia merasakan pebedaanku, aku takut dia merasakan kerja jantungku yang mulai berbeda melalui nadiku.
Aku memilih ice cream rainbow, rasanya sangat unik aku tidak pernah bosan untuk menikmatinya, dengan paduan warna yang sangat menarik dan rasa susu yang kontras menjadikan ice cream itu lembut di mulut, aku menyukai sensasi ini.
“Mengapa memandangiku seperti itu ? apa ada yang aneh ?” kataku ketika mulai tersadar di memandangiku
“Ahh… tidak. Ekspresimu berbeda ketika kau memakan ice cream, apa kamu sangat menyukainya?” Ucapnya dan memakan ice cream strowberrynya.
“Benarkan ? berbeda ? aku tidak merasakannya” kataku gugup.
Dia hanya memandangiku dangan tersanyum, tentu saja senyum favoriteku.
“Aku sangat menyukai ice cream srowberry, aku tidak ingat sejak kapan aku menyukainya tapi dari kecil aku ingat sering membeli ini bersama Mama. Ada sensasi tersendiri ketika memakan ini, mungkin seperti ini yang kamu rasakan sampai ekspresimu terlihat berbeda” katanya dengan asik menjilat ice creamnya tanpa mengalihkan focus dari jalan.
“Aaa… sepertinya begitu” kataku setuju tapi heran dia bisa merasakan sensasi itu.
“Dhasa… aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini datang, tapi aku pikir berada di sisimu bukanlah hal yang buruk, bahkan mungkin akan sangat menyenangkan jika kamu juga mau berada di sisiku dalam kurun waktu yang lama. Mungkin ini bukanlah hal yang romantic, tapi aku baru menemukan caraku seperti ini ketika melihatmu memakan ice cream, sebelumnya aku tidak pernah. Jadi maukah kau tetap berada di sampingku ?”
18 Desember…
Rasanya aku tidak mau melewati hari ini, begitu sangat membosankan. Menerima kenyataan bahwa usiaku bertambah semakin menambah keenggananku. Mendapati kenyataan bahwa aku semakin menua, ini sangat mencemaskanku. 18 tahun bukan umur yang muda lagi untukku, 2 tahun lagi aku akan berumur 20 tahun. Ya ampun… tua sekali. Semoga teman-temanku tidak ingat hari ini aku ulang tahun, aku tidak mau mendengar kalimat selamat ulang tahun, apalagi memberikan kue dengan lilin angka 18 diatasnya, sepertinya aku akan mulai alergi, dari ulang tahun sekarang sampai nanti. Melewati usia 17 tahun, bukanlah perkara yang mudah, terlalu banyak kejadian yang membuatku perpikir akan pentingnya sebuah kebersamaan.
Sepertinya memang aku tidak bisa menghindari teman-temanku yang mulai mengucapkan kata-kata menyebalkan itu padaku, sejak aku memasuki gerbang mereka tidak henti megucapkannya, sampai ada segerombol yang menghampiriku dan mengucapkan kata-kata itu dengan lantang, otomatis semuanya mendengar dan mengucapkan kalimat yang sama seperti itu. Aku hanya menimpalinya dengan senyum seadanya, Ini terlalu menyebalkan untukku.
Bahkan aku tidak berharap bertemu dengan Agni hari ini, hari ini terlalu menyebalkan jika aku bertemu dengannya dan dia pun mengatakan kalimat yang sama seperti semuanya. Tapi aku pun tidak bisa mrngingkari bahwa aku sangat ingin bertemu dengannya.
Pulang sekolah ini sebaiknya aku cepat kembali menuju rumah aku tidak ingin lagi mendengar kalimat itu.
Beep beep…
From : Agni
Aku tunggu di taman dekat café Lavisg sore ini. Jangan telat^^
***
Dan sampai kapan aku harus menuggu kedatangannya, ini terlalu lama. Aku duduk di kursi taman, depan pohon yang tidak terlalu rindang, daun terlihat mulai berguguran, padahal ini bukan musim gugur. Udara malam yang sangat menusuk, aku lupa tidak memakai mantelku, lampu taman di sampingku sedikit mengelap tidak sepeti sebelumya, seolah mengerti tentang perasaan ini. Mengapa dia tidak kunjung datang, bahkan dia menyuruhku untuk tidak telat, tapi apa yang dia lakukan. Oh sungguh... ini menyebalkan.
Mungkin hari ini terlalu lelah, aku sangat mengantuk. Tapi bagaimana mungkin aku tidur di kursi taman seperti ini. Meskipun dia menyebalkan karena membiarkanku menuggu selama ini, aku tidak berpikir untuk kembali kerumah tanpanya. Aku akan menuggunya, mungkin dia sangat sibuk sehingga dia akan datang telat, tapi aku yakin dia akan datang.
“Dhasa…” dia datang. Aku percaya pasti dia datang. “Maaf karena aku membuatku menunggu” katanya dan mengusap ujung rambutku, dia mamainkan jarinya dikepalaku.
“Ahh.. apa kamu akan selalu seperti ini setiap kamu membuat janji” kataku cemberut dan menyedekapkan tangan tanda kesal.
“Hahah… tentu saja tidak, jangan marah. Aku berjanji padamu, aku tidak akan membuatmu menunggu seperti tadi” katanya mengacak poniku.
“Berjanji” kataku mengacungkan jari kelingking.
“Yah… tentu saja” katanya dan mengaitkan jari kelingkignya di jariku.
Kami tersenyum bersama. Aku suka ketika dia memainkan puncak kepalaku, apalagi sampai mengacak poniku, tubuhku merespon hal itu dengan sangat menyenagkan. Senyumannya, senyum favotiteku, seperti senyum malaikat. Meskipun aku belum pernah bertemu dengan malaikat, tapi munurutku senyumannya adalah senyuman terindah yang mampu menyihir sistem kerja otakku, apa senyumannya memiliki morfin yang selalu membuatku ketagihan untuk selalu memandang senyumannya. Ahh… apa yang aku pikirkan. Kami berpandangan cukup lama, bahkan aku tidak menyadari dia menatapku dengan dengan lembut dan membuatku terhanyut. Dia mendekat kearahku, mungkin sekarang jarak kami hanya tinggal beberapa senti, sampai-sampai aku bisa merasakan hangat nafasnya yang menderu, sepertinya dia berlari menuju kesini, tubuhku mematung aku tidak bisa manolak dan menghindar, aku menyukainya tapi ini terlalu.... Ini pertama kali untukku, dia tidak memaksa, dia hanya menyentuhnya dengan lembut.
Basah. Ini percikan hujan, aku bangun dari tidurku. Aku berlari menuju Café Lavisg sebrang taman ini, aku berteduh di sana. Aku tidak terlalu menyukai hujan, hujan itu basah dan membuat semuanya menjadi lembab, tapi aku menyukai wangi tanah yang baru basah di terpa hujan. Mungkin ini aneh tapi….
Jadi sejak tadi aku tertidur, aku tertidur di kursi taman, seperti itu ?. Tapi mengapa mimpi itu seperti begitu nyata ?. Aku masih berteduh di depan Café Lavisg, hujan pun semakin menghujam, angin dingin semakin bebas menerpa kulitku. Ini terlalu dingin, aku kedinginan. Sejak tadi dia belum juga datang, aku melirik arlojiku, ini terlalu malam, sudah jam 8 dan dia belum juga datang. Apa dia terlalu sibuk sampai tidak mengirimiku pesan. Apa aku pulang saja, ahh... sepertinya tidak, sebentar lagi pasti dia akan datang.
Sepertinya aku lelah, aku memutuskan untuk masuk ke dalam Café dan duduk di salah satu kursinya. Tapi mengapa rasanya pusing sekali, aku tidak bisa mendapatkan fokusku semuanya memburam dan mengelap. Aku terjatuh, aku mendengar semua orang mulai menghampiriku, aku ingin bangun tapi ini terlalu lemas, aku tidak bisa melakukannya. Sampai akhirnya seorang mengendongku, hanya untuk melihat siapa yang menolongku pun sangat sulit, mata ini terlalu berat untuk membuka. Semuanya hening….
***
Aku terbangun. Aku kira aku akan ada di rumah sakit, tapi ini rumahku. Baik sekali yang menolongku, aku bangkit dan sedikit menekan keningku yang sepertinya aku agak pusing.
“Ahh… kamu sudah sadar” ucap seseorang dari arah pintu kamar, sepertinya seorang lelaki dan aku mengenali suaranya.
“Agni…”katanku lirih memastikan karena pandanganku masih buram.
“Syukurlah kamu masih mengenaliku, aku kira akan amnesia” katanya dan menghampiriku.
“Ishhh.. apa yang kau katakan ?” kataku membenarkan posisiku menjadi duduk. “Sudah jam setegah 11, aku tertidur 3 jam setengah” kataku menyambung dan dia sudah berada di sampingku.
“Selamat ulang tahun Dhasa” katanya lembut dengan tatapan seperti di mimpiku.
“Telat…” ucapku datar
“Aku tahu kau tidak ingin melewati hari ulang tahunmu kali ini, karena kau beranggapan akan menua, semua itu salah Dhasa. Kau tetap telihat cantik bahkan saat bangun tidur. Dan sepertinya aku tidak telat mentucapkannya, tepat jam 11.40. ini tepat saat kau lahir kedunia. Ini kartu ucapan dari Mamamu” katanya dan menyodorkan kartu itu dan tanpa menghentikan aktifitas tangannya di puncak kepalaku.
Dia mengetahuinya, bahkan aku tidak bercerita tentang aku tidak suka hari ulang tahun, hal yang aku takutkan karena ulang tahun, jam ketika aku lahir. Mama ? apa ini Mama?.
“Apa kau tahu semua ini dari Mama ku ?” kataku awas.
“Yah tentu saja. Maaf aku telat menamuimu”
“Jadi kamu menemui Mamaku ?”
“Yah”
“Kau datang padaku ketika aku di Café ?”
“Tidak”
“Lalu kapan kau datang menemuiku?”
“Saat kau tertidur. Banyak sekali pertanyaanmu, seperti polisi saja. Apa kau sudah tidak pusing ? ayo kita ke dapur”
Dia menarik tanganku menuju dapur. Aku tidak meolak, aku membiarkannya menuntunku. Dia datang ke taman saat aku tertidur ? apa itu artinya…
“Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday Dhasa” dia bernyanyi dengan riang dan menyodorkan cupcake dengan cream pelangi dengan satu lilin yang menancap kokoh.
Aku tersenyum sekenanya.
“Jangan pernah takut untuk menua. Jangan pernah berpikir ketika kau menua aku tidak akan ada di sampingmu. Kau terlalu berharga jika aku tinggalkan hanya karena kau menua. Kita akan menua bersama Dhasa. Kamu akan tetap terlihat cantik keika bangun tidur, kamu akan tetap terlihat cantik ketika memakan ice cream rainbow. Dan kamu akan tetap melihat senyum  morfinku. Karena kita akan menua bersama”
Tidak terasa air mataku meleleh, kata-katanya begitu sangat menyentuh. Dan aku sangat menyayanginya. Dia memelukku, aku tidak meresponnya karena ini terlalu tiba-tiba.
“Biarkan seperti ini, sebentar saja. Jangan menagis, aku sudah memelukmu. Aku tidak ingin kamu meniggalkanku” katanya dan mengeratkan pelukannya.
“Tentu saja. Kita akan selalu bersama. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku bersedia menua bersamamu” kataku dan mulai melingkarkan tanganku di pinggangnya.
14 februari….
Acara keluarga Agni yang sudah sering dilakukan secara turun temurun. Dia memaksaku untuk ikut ke acara keluarganya, meskipun pasti akan sedikit canggung tapi aku akan menyanggupinya.
Berada di tengah keluarganya bukanlah hal yang mudah, aku jatuh bangun untuk menyesuaikan keberadaanku disini. Beruntung sekali orang tuanya dan beberapa keluarga sangat ramah menyambutku.
Aku sibuk memanggang daging bersama beberapa keluarganya. Agni, entah dimana dia, aku memutarkan pandanganku dan mendapatinya tengah berbincang bersama saudaranya. Mungkin dia sengaja seperti ini agar aku bisa lebih berbaur dengan keluarganya. Kami semua disini memakai baju santai, sementara aku memakai blous tangan pendek dengan celana pendek selutut dan menggulung rambutku sampai tidak menjuntai, sementara dia memakai kaos belang-belang biru putih abu hijau tak berlengan dan memakai celana pendek sekenanya.
“Dhasa… ayo ikut aku” katanya tiba-tiba menarik tanganku.
“Kita mau kemana ? panggananku belum selesai” kataku agak sedikit menariknya kembali.
“Sebagian anggota keluarga sedang berkumpul di ruang kelarga, ini acara rutin keluargaku, kami akan melakukan permainnan truth or dare dengan memakai alat deteksi kejujuran. Dan ini akan sangat menyenangkan” katannya dan kami telah berada di runag keluarga.
Sepertinya kami terlambat. Permainan telah dimulai dan sekarang giliran pamannya.
“Kapan kamu merasa istrimu terlihat cantik ?” ucap seorang perempuan di sampingnya, dan pamannya kini telah menggunakan alat deteksi kejujuran.
“Ketika dia bangun tidur” ucap paman kemudian.
Binggggg….
Suara alat pendeteksi kejujuran itu berlampu merah ketika berbohong, dan pamannya sontak melepaskan tangan nya dari alat itu.
“Hei… mengapa alat itu menyetrum dengan kuat sekali” ucap paman dan diakhiri dengan gelak tawa seluruh anggota keluarga.
“Okeh… apa kalian siap untuk memulainya kembali ?” ucap pemandu acara dan memutarkan botol kosong itu. Dimana botol itu akan berhenti. dan ….. Yah Agni” sambungnya dan aku sontak melihat kearahnya yang berada di sampingku.”Truth or dare ?”sambungnya lagi memastikan.
“Turth” jawabnya mantap dan memakai alat pendeteksi kejujuran itu.
“Apa alat pendetasi kejujuran itu berbahaya ?” ucapku padanya.
“tentu saja tidak. Tenang saja, aku akan baik-baik saja”
“Baiklah Agni aku akan menanyakan tentang hubunganmu dengan pacarmu” katanya dengan cengiran puas. “Ungkapkan kata-kata yang jujur tulus dari dalam hatimu, mengenai pacarmu”
Aku melihatnya berpikir sesaat, semuanya hening tidak berbicara, mungkin semua ingin megetahui apa yang akan dia katakan. Dan aku yakin kini semua pasang mata tertuju padanya.
“Sebenarnya aku tidak terlalu pintar merangkai kata-kata yang indah untuk sebuah hubungan, tapi aku akan mencobanya dengan caraku, mungkin ini akan terdengar aneh. Aku tahu dia amat takut dengan kata ulang tahun, tapi aku bersyukur karena salah satu alasannya itu aku. Aku merasa bahagia ketika dia gugup bahkan saat kami pertama bertemu, wajahnya akan merona ketika aku menatapnya dengan senyuman dan dia akan mengaruk pipinya yang jelas tidak gatal, aku sangat menyukainya. Saat aku memegang tangannya nadinya berdetak lebih kencang, dan aku tahu pasti jantungnya pun akan memompa lebih kuat karena sentuhan yang dia rasakan, itu membuatku ingin terus mengodanya. Saat dia memakan ice cream rainbow ekspresinya akan berbeda, aku tidak tahu bagaimana perasaannya, tapi pasti dia merasakan sensasi yang sama sepertiku ketika aku memakan ice cream stowberry, bahagia. Aku ingin ketika aku berada di sampingnya perasaanya akan selalu bahagia sama seperti dia berada di sampingku, dan aku harus mengalahkan ice rainbow yang selalu membuatnya bahagia. Jangan pernah dengarkan apapun kata orang lain, kamu hanya harus pecaya padaku, tugasmu hanya harus percaya padaku” tuturnya panjang dan kalimat akhir dia mamenang tanganku sambil menatapku.
Tinggggg……
Suara alat pendeteksi itu dan berlampu hijau, tanda dia jujur.
Riuh suara tepuk tangan mengakhiri permainan ini.
21 februari….
“Hai ternyata kamu disini” kataku riang dan mendapatinya sedang membaca buku di perpustakaan
“Hai” sapanya balik dan membereskan buku dengan tegesa.
“Apa kamu sibuk mengerjakan tugas ?” ucapku hati-hati dan duduk di sampingnya.
“Ya begitulah” katanya datar dan berkutat dengan laptopnya.
“Boleh aku menamani ?” kataku membawa buku di dekatnya
“Aaa… tunggu sebentar aku akan meminjam buku ini” katanya dan membawa buku dari tanganku. Kemudian berlalu.
“Jangan lama” ucapku
Aku melihat ke arah laptop yang sejak tadi dia gunakan untuk mengerjakan tugas.
“Ahh… rupanaya dia sedang mengerjakan laporan tentang kanker, kenapa dia tidak bertanya padaku, padahalkan aku ahli di bidang ini” kataku dengan cengiran lebar. “Ya amapun aku lupa hari ini ada latihan vocal, pasti aku sudah telat” kataku berdiri. “Oh ya aku lupa. Untuk menamainya mengerjakan tugas” kataku dan mencari alat tulis di tas yang tergeletak begitu saja.
“Aku lupa hari ini aku ada latihan vocal. Kalau kamu tidak keberatan, tunggu aku selesai latihan di halaman belakang sekolah. Aku ingin memakan ice cream bersamamu”
…dhasAgni…
***
Aku bersemangat berjalan menuju taman belakanag sekolah. Sepertinya hari ini akan menyenangkan. Menikmati ice cream rainbow bersamamnya adalah sesuatu yang sangat aku tunggu. Sepetinya dia belum datang, aku berjalan untuk duduk di kursi pinggir kolam ikan. Aduh… apa ini ? aku menduduki apa ? dingin sekali.
Aku berdiri dan mendapati kotak dan note di atasnya.


“Maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memakan ice cream, itu cup ice cream rainbow untukmu, semoga kau senang menerimannya dan bahagia memakannya. Jaga dirimu baik-baik^^”
…dhasAgni…
Apa maksudnya jaga diri baik-baik, memangnya aku anak kecil.- batinku
Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Sepertinya aku harus segera pulang. Ahh… tidak percikan ini. Aku menengadah melihat langit, mendung, sebentar lagi hujan akan turun deras. Aku berlari menuju halte sebelah sekolah. Tapi….
Brukkk…
Seseorang menyenggol tanaganku dan aku menjatuhkan kotak ice cream itu. Tutupnya terbuka, ice creamnya lumer, mungkin hanya meninggalkan seperempatnya, aku kembali menutupnya dan berjalan menuju halte itu. Kini halte sudah penuh, beruntung aku masih bisa berteduh tapi pasti akan sedikit basah karena tubuhku tidak 100  terpayungi atap halte.
22 februari….
“Agni…” teriakku dan berlari menghampirinya. “kenapa kamu tidak pernah memberi kabar ? aku menghawatirkanmu” ucaku ketika kami jalan bersebelahan.
“Maaf… “ katanya singkat
“Apa yang kamu katakan ? maaf ? hanya itu…” kataku berhenti dan menyedekapkan tangan.
“Sudah jangan marah, hari ini aku akan menemanimu makan ice cream, kamu senang ?” ucapnya dengan senyuman
Tapi apa yang aku lihat, senyumannya tidak seperti biasanya. Dia senyum dengan sama tapi garis wajahnya menyiratkan kesedihan. Lingkar matanya hitam. Dan bibirnya tidak seperti dulu.
“Apa kamu baik ?” ucapku dan meletakan tanganku di keningnya
“Aku baik-baik saja” ucapnya riang dan menepis tanganku.
“Ayo kita makan ice cream” ajaknya dan menarik tanganku.
***
“Apa kau yakin tidak mau memakan ice cream ? ini enak looohhhh” ucapku menjilati ice cream rainbowku dengan riang.
Dia hanya tersenyum menimpali kata-kataku. Aku memandang senyumannya yang memiliki morfin. Dia kontras terlihat sangat berbeda. Tapi aku bahagia karena dia sekarang berada di sampingku dan menemaniku memakan ice cream. Mungkin sekarang dia sedang menikmati ekspresi wajahku yang dia katakan terlihat berbeda ketika aku memakan ice cream ini. Kami hening, tidak berkata apapun. Aku memilih untuk diam dan menikmati senyuman morfinnya. Sesaat kami sebik dengan pikiran masing-masing. Aku menangadah ke langit, melihat hari ini begitu cerah, dan sangat menyenangkan berada disampingnya seperti ini. Aku menundukan lagi kepalaku dan melihat kearahnya. Agni….
“Hi…dungmu ber…da…rah” ucapku kagat dan sedikit terbata.
“Aku harus ke toilet” ucanya tergesa dan aku berjalan mengikurtinya.
23 februari….
Pagi ini aku malas untuk beranjak dari ranjang. Tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan, sekolah lebur karena guru-guru mengikuti rapat dewan.
“Apa aku tidur saja… hhoooaaamm Agni…Agni…” gumamku dan merentangkn tanganku.
Dan aku teringat kejadian kemarin. Agni mata sayu, bibir pucat, lingkar hitam di sekitar mata, dan keliar darah dari hidungnya. Apa itu….
Aku bergegas menyalakan laptop nya mencari tanda-tanda apa itu melalui sambungan internet. Aku membaca-menbaca dan… Agni… Kanker.
Ya ampun kenapa aku bodoh sekali sampai tidak mengenali tanda-tanda ini. Apa  ini ? bagaimana mungkin dia kanker. Itu artinya dia…
Dengan terburu-buru aku memakai baju dan mantel. Tergesa, aku tidak bisa berpikir secara jernih, berlari sekencang-kencangnya. Aku harus segera menemuinya. Dia tidak bolah begitu saja meninggalkanku. Dia tidak boleh beitu saja meninggalkan kenangan kita.

#Peterpan – Semua tentang kita#
Aku tiba di depan rumahnya. Rumahnya begitu sepi seperti tidak berpenghuni. Aku terus menekan bel dan berteriak namanya tapi tidak ada seorangpun yang menjawab dari dalam rumah. Aku bersandar di pagar rumahnya dan merosot berjongkok tidak kuat menahan air mata yang sejak tadi tertahan. “Agni… kamu jahat” gumanku di sela tangisaku. “apa aku tidak akan melihat senyum morfinnya lagi ? apa dia tidak akan menemaniku makan ice cream lagi ? apa di ulang tahun berikutnya dia tidak akan ada untukku ? Agni kenapa kamu pergi. Mana janjimu kita akan menua bersama ? Agni… Agni…”
Aku berdiri. Aku berjalan gontai dan bersandar di kotak pos rumahnya. Aku melihat surat bewarna kuning yang belum sempurna masuk ke dalam, hendak untuk memasukkannya tapi…
…dhasAgni…
kata ini yang selalu kami tuliskan di setiap note yang kami buat, itu berarti surat ini untukku.
Dhasa… saat kamu membaca surat ini, aku telah berada jauh disana. Aku menjalani pengobatanku di luar negri, untuk hidup bersamamu lagi dan menua bersamamu. Terima kasih atas waktu yang sangat berharga bersamamu, itu adalah kenangan yang sangat indah yang pernah aku miliki. Jangan menghawatirkanku. Jaga dirimu baik-baik.
Dhasa… maaf aku tidak menepati janjiku. Maaf hari-hari terakhir aku selalu menghindarimu, aku tidak bisa mengatakan aku akan pergi, aku telalu takut saat kamu sedih dan menagis aku tidak ada sampingmu untuk memelukku.
Dhasa… jangan menugguku. Aku takut pengobatan ini tidak behasil dan hanya membuatku luka berkepanjangan. Hiduplah dengan benar dan temukan seseorang yang lebih baik dari pada aku.
Dhasa… maaf. Dulu saat kamu mengajakku makan ice cream bersama setelah latihan vocal, sebenarnya aku ada di taman dan aku melihamu, tapi aku tidak menghampirimu karena aku takut saat itu adalah saat terakhir aku melihatmu memakan ice cream. Maaf… saat kamu terjatuh di sebelah halte aku tidak bisa menolongmu, karena cepat atau lambat aku tidak akan ada di sampingmu lagi. Maaf… ketika kamu kehujanan, aku tidak datang memayungimu karena aku tahu nanti pasti akan ada seorang yang akan menggantikan posisiku di hidupmu. Aku tahu ice creamnya jatuh dan lumer tapi kamu masih mau untuk membawanya meskipun itu hanya tinggal seperempat lagi mungkin, terima kasih Dhasa.
Dhasa… saat di taman pada hari ulang tahunmu, aku melihatmu tidur dengan nyenyak dan aku tidak berani untuk membangunkanmu. Terima kasih… itu adalah ciuman pertamaku, maaf tanpa seizinmu. Maaf jika kamu tidak suka.
Dhasa… saat ita pertama bertemu aku telah measa ada yang berbeda padamu. Sampai sekarang aku tidak tahu itu apa. Tapi aku merasa kamu adalah hidupku dan aku adalah hidupku.
Dhasa… terima kasih atas ekspresi dan respon yang selalu kamu tampakan setiap bersamaku. Terlalu banyak ekspresi yang kamu berikan sehingga aku harus selalu megingatnya, karena aku takut aku melupakannya.
Dhasa aku harap kamu tidak akan melupakanku, dan juga jangan menungguku. Hiduplah lebih baik, mungkin secara tidak langsung aku akan bahagia ketika aku mendengarmu hidup dengan baik. Tetaplah menyukai ice cream rainbow dan sesekali kau harus mencoba ice cream strawberry itu juka tidak kalah enak.
Terima kasih karena selama ini kamu mau ada di hidupku. Aku selalu menyayangimu.
…dhasAgni…

#Peterpan – Semua tentang kita#
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa
***
Five years later….
Aku berjalan melihat café ice cream yang berjajar manjajakan ice cream dengan variasi warna dan rasa yang berbeda. Memang disini, Caifornia, setiap musim panas datang pasti café-café akan menjajakan ice cream. Tidak tahu mengapa tapi sepertinya aku tertatik pada café itu. Café Luminh
“exus me Sir. I want to order rainbow sundae” kataku berbarengan dengan seorang di sampingku. “Agni…” ucapku hati-hati.